Youtube Sekedar Mesin Pencari Uang?

Popularitas youtube dewasa ini begitu meroket. Ribuan, mungkin jutaan orang menggunakan web itu untuk sekedar mencari hiburan hingga menjadi tujuan mata penghasilan utama. Channel-channel baru bermunculan dari mulai yang membahas tentang wisata hingga cara kerja LHC di CERN. Orang dapat mendapat popularitas begitu cepat. Cara yang dahulu hanya dapat dilakukan melalui proses panjang.

Banyak orang mungkin sinis terhadap keberhasilan segelintir orang meraup dollar di youtube. Mereka berkata bahwa keberhasilan itu adalah sebuah cara singkat yang mungkin semua orang dapat lakukan. Di sini ya, saya setuju dengan pendapat “semua orang” mungkin dapat melakukan hal yang sama. Namun saya tidak sependapat jika semua itu dapat dilakukan dengan mudah.

Saya pribadi mengupload beberapa video keluarga di youtube. Dan sampai sekarang tujuannya bukanlah untuk meraup dollar. Lagipula, syarat untuk meraup dollar sekarang ini mungkin jauh lebih sulit daripada dahulu. Dan video-video saya mungkin terlalu umum dan biasa. Sehingga mungkin sudah banyak orang yang membuat konten serupa.

Continue reading →

1984 dan Totalitarianisme

Dalam novelnya 1984, George Ormwell menceritakan sebuah alternatif sejarah yang cukup menarik untuk dibahas. Sebuah dunia dimana Perang Dunia 1 tidak pernah benar-benar berakhir. Alih-alih terjadi perdamaian seperti yang ada di dunia kita. Negara-negara di dunia Ormwell justru saling melebur menjadi 3 negara besar, Oceania, Eurasia, dan Eastasia.

Ketiga negara besar dunia nyaris mempunyai kekuatan yang seimbang baik dari segi kekuatan manusia maupun sumber daya alam. Perang diantara ketiga negara tersebut terjadi secara konstan. Namun tak ada pertempuran yang benar-benar memberikan dampak signfigikan. Bebeberapa pertempuran bahkan dilakukan di zona-zona netral. Jawa misalnya digambarkan sebagai sebuah tempat yang terus berpindah tangan. Kadang berada di bawah kekuasaan Eastasia, terkadang berada di bawah kekuasaan Oceania.

Pertempuran antara ketiga negara besar itu dilakukan secara “setengah hati”. Tidak ada pertempuran yang benar-benar “decisive”. Tidak ada juga pertempuran yang bertujuan menghancurkan secara menyeluruh pihak lawan seperti pertempuran-pertempuran di Perang Dunia 1 atau Perang Dunia 2. Tidak ada juga pertempuran yang bertujuan menguasai wilayah pihak lawan secara permanen. Yang ada hanyalah pertempuran-pertempuran yang dilakukan seadanya. Satu wilayah direbut untuk waktu tertentu, dan kemudian wilayah itu direbut oleh pihak lawan di kesempatan lain.

Continue reading →

Dari Indonesia Untuk Dunia

Nasionalisme menjadi fenomena yang fantastis di akhir abad 19 dan awal abad 20. Negara-negara di dunia disatukan atau dipisahkan oleh semangat tersebut. Kelompok-kelompok manusia mulai mencari apa yang menjadi pemersatu diantara mereka dan juga pembeda. Persamaan bahasa, warna kulit, dan sejarah biasanya adalah faktor-faktor utama. Bangsa-bangsa seperti Jerman dan Italia yang selama berabad-abad tercerai berai mulai menyatukan diri. Sementara itu Bangsa Arab dibawah Usmaniyah dan Slavia di bawah Austro-Hongaria mulai mempertanyakan jati dirinya. Di titik inilah, sebuah negara baru yang kuat akan lahir atau negara tua yang sakit akan tenggelam.

Peta Hindia Timur 1635

Dalam arus nasionalisme yang deras, hanya segelintir negara saja yang mencoba mempertahankan keberagamannya. United States adalah salah satunya, sebuah negara yang dibangun tanpa bangsa tertentu dan menerima hampir seluruh bangsa lain untuk tinggal di negaranya.

Memang ada satu dua hal yang bisa kita bantah dari argumen itu. Bangsa Indian, kulit hitam, dan beberapa bangsa Asia perlu berjuang lebih lama untuk mendapatkan status yang sama dengan saudara Eropa mereka. Namun, inti dari semangat negara tersebut adalah, tidak ada nasionalisme yang membangunnya. Semua dibangun diatas keberagaman dan persamaan nasib diatas tanah dunia baru.

Continue reading →

NAZI dan Indonesia

Saya banyak sekali menulis tentang Perang Dunia ke 2, khususnya sepak terjang NAZI di kancah perng tersebut. Beberapa orang bertanya kepada saya, apa saya seorang simpatisan NAZI? Dan terlebih lagi, apakah saya seorang NAZI?

Peta Indonesia

Saya bukanlah NAZI, dan juga bukan juga seorang simpatisan partai NAZI. Saya mengganggap diri saya sebagai seorang moderat. Baik di dalam pemikiran politik maupun dalam pemikiran religius. Mengapa saya menyinggung religius? Karena religiusitas sekarang ini erat kaitannya dengan pemikiran politik, terutama di Indonesia. Dan kaitan ini akan saya jelaskan di bawah nanti.

NAZI bagi saya adalah sebuah bencana dunia, mereka adalah rezim totaliter yang bergerak di luar batas nalar. Opresi, pembunuhan, pembasmian kelompok ras dan pemikiran politik tertentu, serta perang itu sendiri adalah tragedi. Namun memang, NAZI tidaklah unik. Rezim totalitarian Stalin misalnya atau Mao membunuh lebih banyak orang dibandingkan dengan Hitler. Namun kenyataan bahwa mereka duduk di dewan keamanan tetap PBB membuat cerita itu semacam tidak terlalu santer kita dengar sekarang ini.

Tidak usah jauh-jauh membicarakan tentang rezim totalitarian. Rezim-rezim barat dan dunia bebas lainnya yang mengklaim diri mereka suci-pun tidak luput dari dosa besar. Timur Tengah sekarang tercebur dalam konflik yang berkepanjangan adalah buah dari campur tangan suci kaum demokrat-liberalis. Begitu juga dengan banyak pembunuhan di India, penduduk lokal Amerika Serikat, dan tidak terkecuali di Indonesia.

Continue reading →

Apa Sebenarnya Khilafah Itu?

Dengan usaha dibubarkannya HTI oleh pemerintah Indonesia, kata Khilafah semakin lama semakin banyak dicari. Organisasi itu dianggap anti terhadap pemerintahan dan sistem demokrasi sekarang. Mereka selalu mengganggap bahwa Khilafah adalah hal yang wajib ditegakkan karena itu adalah termasuk ajaran Islam. Khilafah sendiri atau Caliph memang selama berabad-abad menjadi ciri dari pemerintahan Islam, terutama di timur tengah dan sekitarnya. Namun apa sebenarnya sistem Khilafah itu?

Pasukan ISIS dengan Bendera Khas Mereka

Khilafah dipimpin oleh Kalifah atau Caliphate, orang yang dianggap sebagai penerus dari Nabi Muhammad. Pada masa awal, penentuan siapa orang yang dianggap penerus Nabi terbilang cukup mudah. Walaupun tidak dipungkiri terjadi beberapa perselisihan dan pertumpahan darah. Orang-orang terdekat Nabi yang nantinya dikenal sebagai Kulafaur Rasyidin satu persatu menggantikan tampuk pemerintahan Nabi Muhammad dengan sistem dipilih melalui dewan Shura. Dewan ini jika di Indonesia mirip MPR yang jaman dahulu bertugas untuk memilih presiden dan wakil presiden.

Continue reading →