Jika Gurun Sahara dan Gobi Tidak Pernah Ada

Tulisan saya yang satu ini mungkin akan sedikit nyleneh. Terinspirasi dari alternate history channel (by cody) di youtube yang membahas kemungkinan-kemungkinan skenario sejarah jika sebuah peristiwa atau tempat mempunyai skema yang berbeda dibandingkan dengan kenyataan yang ada saat ini. Sekarang saya mencoba membahas mengenai bagaiman jika Gurun Sahara dan Gobi tidak pernah ada. Atau jika kedua tempat itu adalah tanah yang subur, dibandingkan tanah tandus dan tak berpenghuni seperti sekarang ini.

Gurun Sahara dan Gobi

Mengapa harus Gurun Sahara dan Gurun Gobi? Selama sejarahnya, kekaisaran besar di timur dan barat dibatasi oleh dua gurun ini. Dari Romawi, Ching, Ming, Tang, (dan kekaisaran China lain), Abasiah, hingga ke Ottoman semua mempunyai perbatasan kedua atau salah satu dari Gurun tersebut. Kecuali masa pemerintahan Genghis Khan yang menyatukan sebagain besar Asia dan Eropa Timur.

Tidak dapat dipungkiri, gurun merupakan pembatas alami yang sebisa mungkin dijauhi oleh kekuatan besar dunia. Padang tandus yang tanpa akhir, hewan liar yang berbisa, dan belum lagi bandit-bandit penghuni lokal yang meneror. Tidak hanya gurun sahara dan gurun gobi, beberapa gurun lain seperti kalahari, namibia, dan sebagian gurun arab tidak berpenghuni sampai akhir abad ke 19. Bahkan Great Basin desert di Amerika tidak pernah di kolonisasi oleh Inggris dan Perancis. Rata-rata mereka membiarkan gurun menjadi batas alami dari teritori kekuasaan. Toh sampai masa modern, tidak ada sanggup untuk tinggal dengan layak di sana tanpa pertolongan teknologi.

Kembali ke masalah gurun sahara dan gurun gobi. Bagaimana jika kedua gurun itu tidak pernah ada? Kita lihat ke masa Romawi terlebih dahulu. Jika Gurun sahara adalah dataran subur yang layak huni, maka kemungkinan besar Kekaisaran Romawi, tidak pernah ada! Loh kok bisa?

Sebelum menjadi kekaisaran besar, Romawi berperang dengan negara Chartage, Kartagenia atau Kartago pada 264 SM, 218 SM, dan 149 SM. Perang besar itu disebut Perang Punic (Perang Punisia). Chartage waktu itu adalah negara yang setanding dengan Romawi dan berpusat di ibukota yang mempunyai nama sama dengan negaranya, Chartage (berada di Tunisia). Kegiatan ekonomi terbesar mereka adalah berdagang, karena mereka adalah keturunan bangsa pedagang Phoenisia. Bangsa Phoenisia sangat terampil dalam pembuatan kapal dan navigasi sehingga mereka mampu menjadi penguasa mediterania sejak 800 SM.

Chartage pada 200-an SM mempunyai wilayah yang cukup luas. Membentang dari utara Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol, dan sebagian Portugal. Mereka juga mempunyai trading post dan koloni di pulau-pulai mediterania seperti Sisilia dan Corsica. Namun mereka tidak pernah untuk menembus pegunungan Aures dan Atlas di selatan. Karena setelah pegunungan itu, membentang lautan pasir yang luas sebelum akhirnya sampai di hutan tropis Afrika tengah. Dari hasil penilitian geologis, wilayah ini dulunya cukup subur dan terdiri dari rawa-rawa (atau bahkan danau dengan ukuran yang sangat luas). Perubahan iklim di sekitar 11000 SM membuat wilayah yang tadinya subur menjadi gersang.

Jika saja wilayah sahara masih subur, Chartage dapat mempunyai resource yang cukup banyak baik dari segi material maupun manusia untuk menghadapi romawi. Entah sampai mana Chartage dapat berekspansi pada kisaran 300 – 200 SM. Mungkin mereka dapat mencapai Mali, dan mendapatkan cadangan emas besar di sana. Atau sampai Guinea dan mendapatkan supply kayu tak terbatas dari hutan tropis.

Tapi katakanlah, jika Romawi dapat mengalahkan Chartage. Bagaimana negara itu akan berekspansi ke selatan?

Dapat dipastikan bahwa Romawi memang akan terus berekspansi kalau Gurun Sahara bukanlah tempat tandus. Romawi membutuhkan tanah untuk terus menjalankan roda ekonominya. Tanah itu bertujuan untuk pembagian kekuasaan, pembayaran pajak, dan lebih penting lagi adalah untuk para tentara mereka. Ketika Romawi tak bisa berekspansi lagi setelah kekalahan mereka di Teotoburg Forest, Jerman pada 9 Masehi. Dari sanalah kekuasaan mareka kian lama kian meredup. Walaupun Romawi belum dapat dikatakan hancur setelah 476 M. Ketika Romawi barat dihancurkan oleh Odoacer.

Sementara itu di China, dinasti-dinasti mereka mencoba untuk sangat berhati-hati agar tidak berurusan dengan Gurun Gobi. Dinasti Tang misalnya, mereka mampu melakukan ekspansi ke barat hingga ke wilayah Uighur sekarang. Namun mereka membiarkan wilayah barat laut (yang langsung berhubungan dengan gurun gobi) mereka tetap tak terkontrol. Koridor sempit yang mereka sebut sebagai ‘Jade Gate’ sangat rapuh dan rentan serangan. Sehingga mereka tak mampu mempertahankan wilayah ini cukup lama.

Berbeda ceritanya jika wilayah gurun gobi bukanlah wilayah tandus. Akan banyak rute suplai pasukan yang menunjang ekspansi China ke barat. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika mereka akan bertemu dengan pemerintahan Khalifah di Asia Tengah. Dan konflik antara kedua kekuasaan itu akan menjadi hal yang lebih sering terjadi daripada apa yang kita dapatkan di sejarah.

Dinasti-dinasti China juga kemungkinan akan lebih mudah berekspansi ke utara juga. Pasukan mereka yang rata-rata terdiri dari infantri yang berjalan diatas kaki akan sulit menyeberangi gurun. Berbeda dengan pasukan mongol yang dapat dengan mudah bermanuver di wilayah2 tandus seperti itu. Dengan kemudahan ekspansi, wilayah siberia ada di dalam proteksi China dan ini artinya, jalur sutra yang rawan bandit dari utara akan lebih mudah untuk diamankan.

Dengan amannya jalur sutra, perdagangan barat dan timur akan lebih masif. Dan pertukaran budaya, teknologi, dan filsafat akan jauh lebih cepat dari yang kita lihat sekarang ini. Globalisasi akan berlangsung lebih dini. Namun efek negatif-pun akan banyak bermunculan. Kolonisasi, perang besar antara kekaisaran di dunia, atau eksplotasi penduduk lokal akan jauh lebih cepat terjadi. Kedua gurun itu telah membatasi ruang gerak manusia selama ini. Namun jika keduanya hilang dan digantikan tempat yang subur, maka pergerakan manusia termasuk diantaranya para serdadu akan jauh lebih mudah.

Ini hanyalah satu dari sekian skenario, kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi jika kedua gurun tersebut tidak pernah ada. Apakah dunia akan menjadi lebih baik, atau dunia akan menjadi tempat lebih berdarah dari yang sekarang ada. Dan terimakasih sudah menjadi pembaca yang baik.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.