Kemana Arah Peradaban Manusia?

Menurut Jared Diamond, seorang peneliti peradaban manusia, sejarah kita selalu di sandingkan dengan perkembangan. Perkembangan peradaban manusia selalu mencoba menjawab tantangan baru yang muncul seiring dengan kebutuhan dan pertumbuhan kompleksitas kehidupan. Dari sebuah komunitas kecil, manusia telah tumbuh menjadi kekuatan global sekarang ini. Sebuah bentuk interaksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

mankind-future

Namun manusia terus-menerus berkembang, karena memang seperti itulah cara kita untuk hidup. Pertanyaannya adalah, kemana dan bagaimana? Apakah kita akan menjadi semakin baik dan semakin baik, atau justru berputar arah menjadi sebuah kehancuran? Kelaparan, virus, perubahan iklim selalu membayangi masa depan manusia. Dan Bumi yang semakin penuh sesak adalah sebuah kecemasan lain yang harus dipertimbangkan.

Beberapa skenario telah diperbincangkan oleh para ahli. Salah satu yang menarik adalah hipotesis yang diajukan oleh Prof Michio Kaku tentang skala peradaban. Skala peradaban dibagi menjadi beberapa tipe. Tipe 1, yang mampu menguasai seluruh gejala alam dan prosesnya. Tipe 2, yang mampu menguasai kekuatan tata surya dan matahari/bintang. Tipe 3, yang mampu menguasai galaksi atau antar galaksi.

Namun, ada pula skenario yang disebut sebagai worst case skenario. Yaitu ketika peradaban manusia justru berbalik ke arah belakang. Beberapa faktor yang saya sebutkan diatas menjadi kunci dalam skenario. Mungkin dalam beberapa tahun ke depan akan muncul virus pandemik yang luar biasa mematikan, mungkin juga dalam beberapa tahun ke depan kelaparan akan mencapai puncaknya, mungkin juga faktor eksternal yang belum saya sebutkan di atas seperti radiasi kosmik yang mematikan bagi kehidupan bumi atau alat penunjang kehidupan di bumi.

Mengetahui kemungkinan-kemungkinan perkembangan humanis kita akan menjadi penting supaya kita benar-benar tahu dimana, bagaimana, dan dengan apa kita akan menyongsong masa depan. Bukan sebagai individu, melainkan sebagai komunal umat manusia. Keselamatan seorang individu saja tidaklah cukup untuk menyelamatkan peradaban dunia yang sudah terlanjur begitu kompleks dan ketat.

Kemungkinan-kemungkinan arah peradaban manusia entah baik maupun buruk pastilah terjadi. Sekarang, kita mulai mendongak ke atas, ke arah langit. Mencoba untuk menggapai apa yang telah kita lihat ribuan tahun silam. Bintang-bintang, planet-planet, semua yang ada di luar bumi tempat kelahiran kita. Melihat jauh ke angkasa dan mencoba untuk menggapainya bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Namun kita harus memulainya, mengapa? Karena jika ingin bertahan, sumber daya bumi saja tidak akan cukup untuk menopang kehidupan manusia di masa mendatang.

Apakah manusia wajib meninggalkan bumi untuk mempertahankan kelangsungannya sebagai sebuah komunal? Jawabannya mungkin tidak selalu benar. Manusia butuh untuk mempertahankan kehidupannya dengan mengkonsumsi sumber daya. Dan sumber daya yang ada di dunia ini setiap detiknya kian menipis. Seperti halnya dengan mesin, kalau mesin kehabisan bahan bakar maka dia akan mati. Begitu juga dengan umat manusia. Peradaban kita barangkali akan mati, dengan tidak adanya sumber daya yang menopangnya.

Apa yang kita putuskan sekarang akan berdampak sekali kepada apa yang akan umat manusia peroleh di masa mendatang. Dan arah yang kita tempuh sekarang sedikit banyak masih sangat kabur. Apakah kita akan memutuskan untuk memperbaiki cara hidup kita yang boros energi, sumber daya, dan mineral? Apakah kita akan terus melakukan ekspansi hingga batas yang tidak diketahui? Atau apakah kita akan mencoba untuk melakukan status quo dengan peradaban yang telah kita miliki dengan menutup segala kemungkinan perkembangan di masa mendatang?

2 Comments

Leave a Reply to Anindita Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.