Musuh Dalam Selimut di Perang Dunia 2

Politik semasa perang sangatlah dinamik dan menarik. Kawan bisa menjadi lawan dan lawan-pun bisa menjadi kawan. Semua tergantung pada kepentingan yang dianggap paling mengguntungkan di satu waktu. Jika sebuah aliansi dianggap sudah tidak mempunyai kegunaan, maka ia akan dibubarkan dan aliansi baru-pun dibentuk.

Allies Propaganda Perang Dunia 2

Mungkin anda berfikir jika gonta-ganti kawan dan lawan di masa itu hanya terjadi pada blok non demokratik seperti fasis maupun komunis. Tapi di tahun 1920 – 1930an, Amerika Serikat pernah merencanakan sebuah rencana pertahanan yang dibuat untuk mewanti-wanti jika Inggris suatu saat akan menyerangnya. Rencana itu disebut sebagai “War Red Plan”. Meskipun rencana itu tidak pernah dilaksanakan, namun ia tetap menjadi salah satu rencana paling kontroversial yang pernah dibuat oleh Amerika Serikat.

Amerika Serikat juga pernah menaruh simpati pada pergerakan Partai NAZI di Jerman. Walaupun simpati ini memang belum berada di level pemerintahan. Mereka berbentuk dukungan-dukungan keuangan dan fasilitas. Beberpa pengusaha Amerika memang tercatat masih mempunyai garis keturunan Jerman. Dan para imigran inilah yang paling banyak memberikan dukungan bagi NAZI di Amerika. Dukungan lain juga dibentuk, bahkan diwadahi dalam organisasi seperti “German American Bund”. Anggotanya tercatat mencapai 15,000 orang, dan terpusat di kota besar seperti New York.

Hubungan yang unik barangkali akan kita temui antara Jerman dan Asia. Sebelum tahun 1937, Jerman amat mesra dengan China Kuomintang. Mereka memberikan perbekalan hingga pelatihan kepada China Nasionalist tersebut, bahkan mengirimkan salah satu Jendralnya yaitu Alexander Von Falkenhaussen sebagai military advisor. Namun hubungan ini tiba-tiba kandas di tahun 1937 ketika perang antara Jepang dengan China pecah. Jerman memilih untuk memihak Jepang yang lebih mempunyai kemampuan militer daripada China. Terutama jika nanti Jerman harus berhadapan dengan Uni Soviet.

Akan tetapi hubungan Jerman dengan Jepang juga tidak tanpa halangan. Di tahun 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, dan secara otomatis mendeklarasikan perang kepada US dan juga kemudian Inggris. Di kala itu Jerman sedang berperang dengan Uni Soviet, dan penyerangan terhadap Moskva berlangsung dalam tahap awal. Ini adalah masa-masa yang krusial, karena di tahun inilah, hampir seluruh kekuatan besar dunia mulai berperang satu sama lain.

Jerman (atau Hitler secara personal) mendeklarasikan perang terhadap Amerika Serikat. Mereka menaruh harapan besar jika Jepang akan melakukan hal yang sama terhadap Uni Soviet. Dengan begitu, konsentrasi Soviet akan terbagi dua, dan pasukan cadangan yang ada di Siberia ataupun timur jauh tak dapat dipindahkan ke front Moskva. Namun harapan itu ternyata kosong, Jerman akhirnya berperang dengan Amerika Serikat namun Jepang tetap berdamai dengan Uni Soviet. Kerja sama yang salah kaprah ini nantinya terbukti fatal bagi kedua negara. Jerman harus menghadapi perang di dua front dengan dua negara besar dibaliknya. Sementara Jepang di akhir perang juga harus menghadapi Uni Soviet yang kala itu sudah mempunyai kekuatan nyaris tak terbendung.

Uni Soviet sendiri mempunyai hubungan yang unik baik dengan Axis maupun dengan Sekutu. Pada tahun 1939, Uni Soviet dengan senang hati membagi dua Polandia bersama dengan Jerman. Perjanjian Molotov-Ribbentrop yang ditandatangani oleh kedua pihak boleh jadi diatas kertas adalah perjanjian non agresi, namun banyak pasal-pasal di dalamnya yang hampir membuat kedua negara itu berkoalisi. Dua faham yang berseberangan berkoalisi menjadi satu adalah sebuah kenyataan yang aneh.

Keanehan itupun berlanjut ketika Uni Soviet akhirnya memutuskan untuk berkoalisi juga dengan sekutu. Amerika Serikat dan Inggris menyatakan bahwa koalisi mereka dengan Uni Soviet memastikan dunia bebas akan segera terwujud. Namun dunia bebas apa yang mereka maksud?

Rezim Soviet jika tidak lebih, maka setidaknya sama kejamnya dengan NAZI Jerman. Mereka melakukan opresi terhadap kebebasan berbicara, membunuh orang-orang yang berbeda paham politik, dan juga melakukan genosida terhadap penduduknya sendiri. Ini tentu bukanlah cita-cita sebuah dunia yang bebas. Ketidak harmonisan antara blok Amerika Serikat-Inggris dan Uni Soviet terbukti cepat selepas Perang Dunia 2 usai. Perang Dingin yang berlangsung berpuluh-puluh tahun akhirnya membagi dua dunia, antara blok barat dan blok timur. Semua ini seolah menjadi bukti bahwa tidak ada hal yang abadi dalam persekutuan politik. Persekutuan hanya ada karena kepentingan sesaat semata.

7 Comments

  1. Jerman dan Jepang saat itu hampir miripkan? sama-sama ingin menguasai benua, Jerman mau kuasai eropa dan Jepang mau kuasai asia.cuma yg bikin aku bingung, apa alasan Jepang menyerang Amerika? lalu saat Jepang berhadapan dengan Cina, kalo ngga salah kebanyakan tank yang dipakai cina saat itu adalah T-34 dan IS-2, itu adalah tank soviet. jadi apa hubungan soviet dan cina saat perang dunia 2?

    1. Tujuan Jepang dan Jerman kurang lebih memang sama, yaitu memperluas kekuasaan mereka. Namun jika menguasai satu benua Eropa atau Asia aku rasa agak berlebihan. Lalu alasan Jepang menyerang Amerika di Pearl Harbor adalah melenyapkan armada kapal induk mereka di Hawaii. Sehingga mereka dapat menyerang Asia pasifik secara aman tanpa perlu khawatir diserang oleh US. Perlu diketahui juga, di Philipine, US menaruh cukup banyak tentara kala itu, dibawah Mc Arthur. Untuk China sendiri, waktu PD2 mereka terbagi dalam beberapa faksi, dua yang paling besar adalah komunis di bawah Mao Zedong dan nationalis di bawah Chang Kai Sek. Yang dibantuk soviet dalah faksi Mao Zedong, tapi tidak banyak juga tank Soviet di China. Setauku, tank-tank Soviet banyak ada di China baru ketika tahun 1945. Ketika Jerman sudah menyerah dan soviet ingin menguasai Manchuria dan kemudian ke Korea Utara.

    2. Mau tidak mau, Jepang akan berperang dengan Amerika Serikat, karena salah satu ambisi Jepang adalah menguasai Asia Tenggara dan salah satu pijakan nya adalah menaklukkan dahulu Filipina (yang saat itu dikuasai oleh Amerika Serikat) lalu ke selatan, Kalimantan dan Jawa

    3. Jepang menganggap Amerika sebagai Ancaman karena pasifik langsung berbatasan dengan barat Amerika dngan simbol kekuatan di pearl habour smntra cina dpat sokongan alutista dari Uni Soviet karena cina sebagai pintu gerbang masuk wilayah Uni Soviet sblm cina jatuh ke tangan Jepang maka akan lebih baik Soviet mengambil langkah sekutu dengan Cina

  2. Salah satu hal Jepang menyerang Amerika / Sekutu saat itu juga karena Faktor Embargo Minyak karena sedang menjajah Daerah Utara China hingga ke sekitaran Shangai. Sedangkan saat itu bisa di bilang pasukan Kekaisaran Jepang adalah Pasukan terkuat di Benua Asia dengan jumlah Baik Militer ataupun Para militer serta perlengkapanya yang begitu Superior ditambah Angkatan Laut Kekasisaran Jepang adalah no 1 saat itu.
    Jadi dengan alasan itu, mereka menyerang Asia khususnya Asia Tenggara hanyalah untuk Suplai Logistik sekaligus Benteng penyerangan ketika sekutu datang dari S. Hindia. sedangkan Penyerangan ke Hawai adalah sebagai Bumper ketika nantinya Sekutu Ikut campur melalui jalur Pasifik dan penyerangan mereka ke Asia menjadi aman dengan catatan meskipun Jepang dan Jerman Aliansi tetapi Soviet kala itu sedang berperang dengan Nazi, Jepang berdamai dengan Soviet atau bisa disebut Not Aggresion Pact (NAP).

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.