Imperialisme & Penyebab Perang Dunia 2

Berakhirnya Perang Dunia 1 menyebabkan Dunia nyaris dibagi ke dalam beberapa pengaruh segelintir negara besar. Inggris dan Perancis menguasai koloni besar di Afrika, Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara. Uni Soviet menguasai sisa-sisa kekaisaran Russia. Sementara itu Amerika Serikat yang notabene mampu berdiri sendiri, puas mengisolasi negaranya tanpa perlu campur tangan ke masalah asing.

Imperialisme negara-negara pemenang Perang Dunia 1 membuat mereka mampu memonopoli komoditas perdagangan dunia. Inggris, Soviet, dan Amerika adalah penghasil minyak terbesar dunia di kala itu. Mereka bisa menentukan kepada siapa mereka akan menjual minyak itu dan untuk keperluan apa. Sedangkan Perancis dan Belanda dengan koloninya di Asia Tenggara mampu memonopoli hasil bumi dan karet.

Gambaran perdagangan global di masa itu tentu sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang. Sekarang, setiap negara bebas untuk memperjual belikan hasil produksinya ke negara manapun. Tidak ada batasan, dan tidak ada monopoli (sampai ke dalam batas tertentu). Mungkin memang masih ada beberapa negara yang secara ketergantungan masih harus mengekspor dan impor barang kebutuhan dari negara tertentu. Ada juga negara yang karena posisi geografisnya masih harus tergantung kepada negara lain. Tapi secara global, setiap negara bebas menentukan kemana mereka mau menjual dan membeli barang kebutuhan.

Continue reading →

Partai NAZI dan Jerman di tahun 1930an

Banyak orang mengira Partai NAZI berkuasa di Jerman dengan jalan revolusi atau kudeta seperti yang terjadi pada komunisme di Soviet. Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu. NAZI mendaki tampuk kekuasaan lewat jalan yang legal. Ia memenangkan pemilu Jerman pada Juli 1942, November 1942, dan Maret 1943. Yang terakhir membuat NAZI memenangkan 43% kursia, dan (bersamaan dengan kematian Ludendorff) membuat Hitler menjadi Presiden + Perdana Menteri Jerman. Atau dengan kata lain, Fuhrer.

Anggota Partai NAZI Berfoto Dengan Hitler di Tahun 1930 (Sumber: Wikipedia/Bundesarchive)

Dalam sejarahnya, Partai NAZI memang pernah melakukan pemberontakan. Pada 8 November 1923 Hitler memutuskan untuk melakukan Long March seperti yang dilakukan oleh Benito Mussolini pada 1922. Namun malang, pemberontakan yang hanya didukung oleh 2,000 anggota militer tersebut gagal. Bahkan, 16 anggota partai terbunuh. Hitler sendiri harus mendekam di dalam penjara, dan di sana, ia menuliskan sebuah buku yang akan menjadi “kitab-nya” orang-orang Nasional Sosialis di tahun mendatang. Buku tersebut berjudul Mein Kampf, Perjuanganku.

Fenomena kemangan NAZI di dalam pemilu Jerman sebenarnya adalah sebuah fakta yang menarik. Sebuah rezim demokratis Jerman mampu menghasilkan sebuah rezim diktator yang bisa dikatakan salah satu yang terkejam dalam sejarah manusia. Kita jadi bertanya-tanya, apa yang salah dengan sistem Jerman di kala itu?

Continue reading →

Apakah Rommel Bisa Menang di Afrika Utara?

Erwin Rommel barangkali ada adalah Jenderal Jerman yang paling terkenal selama Perang Dunia 2. Ia oleh sekutu dianggap Jenderal yang paling brilian, tidak otodoks, dan terutama sekali gentleman selama perang yang brutal itu. Nama Rommel sendiri melejit akibat kampanye yang ia lakukan di Afrika Utara. Ia dengan Deutsche Afrika Korps (DAK) atau Korps Jerman Afrika berhasil menyelamatkan keruntuhan koloni Italia di Libya (paling tidak untuk sementara) dan bahkan berhasil melaju hingga ke Mesir. Memang, pada akhirnya Afrika Korps harus bertekuk lutut kepada sekutu 13 Mei 1943 di Tunisia, dan Rommel sendiri dipindah tugaskan ke Italia serta nanti kemudian di Normandia. Namun, selalu ada pertanyaan menarik di sini, apakah Rommel sebenarnya bisa memenangkan kampanye militer Afrika Utara?

Rommel Bersama Staf DAK di Afrika Utara

Pertama, kita harus tahu latar belakang kampanye Afrika Utara tersebut. Mengapa Hitler tidak membiarkan sekutunya Italia untuk bertempur sendirian di sana? Italia dan Jerman meskipun sama-sama negara fasis totalitarian, namun mereka mempunyai kemampuan industri yang berbeda. Industri Italia tidak sekuat Jerman, karena banyak faktor. Selain itu, program pengembangan militer mereka terbilang sedikit tertinggal dari Jerman. Karena itulah ketika dihadapkan kepada Inggris yang terbilang jauh lebih siap menghadapi perang, kekuatan Italia porak-poranda. Koloni mereka di Ethiopia yang baru mereka rebut tahun 1936 jatuh dengan mudah ke tangan sekutu. Dan sekarang giliran Libya di Afrika Utara. Hitler tentu tidak ingin sekutu menang mudah atas Italia. Karena jika Italia runtuh, maka Jerman boleh dikata sendirian di Eropa.

Panzer Deutsche Afrika Korps (DAK) di Afrika Utara

Kedua, kita juga harus tahu mengapa Rommel sampai kalah di Afrika Utara. Masalah utama yang dihadapi Rommel adalah logistik. Banyak sekali logistik yang dibutuhkan Afrika Korps dan tentara Italia di Afrika Utara tidak sampai di garis depan. Dalam pertempuran modern, logistik adalah nadi utama dari tentara. Sebuah tentara tidak bisa lagi mengandalkan barang jarahan untuk bertahan hidup seperti perang kemerdekaan Amerika ke belakang. Sekarang, sebuah tentara harus benar-benar well supplied, well equip, dan well trained.

Continue reading →

NAZI dan Indonesia

Saya banyak sekali menulis tentang Perang Dunia ke 2, khususnya sepak terjang NAZI di kancah perng tersebut. Beberapa orang bertanya kepada saya, apa saya seorang simpatisan NAZI? Dan terlebih lagi, apakah saya seorang NAZI?

Peta Indonesia

Saya bukanlah NAZI, dan juga bukan juga seorang simpatisan partai NAZI. Saya mengganggap diri saya sebagai seorang moderat. Baik di dalam pemikiran politik maupun dalam pemikiran religius. Mengapa saya menyinggung religius? Karena religiusitas sekarang ini erat kaitannya dengan pemikiran politik, terutama di Indonesia. Dan kaitan ini akan saya jelaskan di bawah nanti.

NAZI bagi saya adalah sebuah bencana dunia, mereka adalah rezim totaliter yang bergerak di luar batas nalar. Opresi, pembunuhan, pembasmian kelompok ras dan pemikiran politik tertentu, serta perang itu sendiri adalah tragedi. Namun memang, NAZI tidaklah unik. Rezim totalitarian Stalin misalnya atau Mao membunuh lebih banyak orang dibandingkan dengan Hitler. Namun kenyataan bahwa mereka duduk di dewan keamanan tetap PBB membuat cerita itu semacam tidak terlalu santer kita dengar sekarang ini.

Tidak usah jauh-jauh membicarakan tentang rezim totalitarian. Rezim-rezim barat dan dunia bebas lainnya yang mengklaim diri mereka suci-pun tidak luput dari dosa besar. Timur Tengah sekarang tercebur dalam konflik yang berkepanjangan adalah buah dari campur tangan suci kaum demokrat-liberalis. Begitu juga dengan banyak pembunuhan di India, penduduk lokal Amerika Serikat, dan tidak terkecuali di Indonesia.

Continue reading →

Apakah Fasisme Sedang Bangkit Kembali?

Pemilihan umum Amerika Serikat di tahun 2016 keluar dengan hasil yang mengejutkan. Donald Trump menjadi Presiden negara adidaya itu mengalahkan Hillary Clinton yang digadang-gadang mampu memperoleh suara lebih besar. Hasil ini tentu mengejutkan bagi sebagian pengamat internasional karena Trump dianggap sebagai tokoh yang kontroversial dan sering mengeluarkan pernyataan tajam. Beberapa pernyataannya seperti kritiknya terhadap imigran Meksiko dan Muslim dianggap rasis dan penuh dengan kebencian. Trumph bahkan sempat mendapat dukungan kelompok-kelompok sayap kanan bawah tanah Amerika yang beraliran ultra nasionalis yang sebelumnya jarang ikut andil dalam kampanye politik.

USA vs China

Tren dunia sekarang ini memang sedang mengarah pada tujuan yang kita tidak dapat prediksi. Putin di Russia semakin mengukuhkan kekuatannya dengan melakukan aneksasi terhadap Krimea. Wilayah yang tadinya merupakan bagian dari negara Ukraina. China sedang gencar melakukan ekspansi ke laut China Selatan karena di sana dianggap sebagai kawasan yang kaya. Pulau-pulau kecil diubah menjadi pangkalan-pangkalan militer, termasuk landasan pacu 3 km yang mampu didarati pembom berat. Dan Eropa sedang dalam dalam krisis kepercayaan diri karena Uni Eropa yang menyokong persatuan negara-negara barat itu sedang berduka setelah Inggris menyatakan diri keluar.

Satu per satu partai sayap kanan Eropa juga mulai melancarkan kampanye pelepasan diri dari EU. Suara mereka meningkat drastis menjelang pemilu yang akan diadakan di Perancis, Jerman, Belanda, dan beberapa negara yang termasuk anggota EU. Salah satu isu yang menjadi senjata utama mereka adalah imigran. Kebijakan EU yang sangat longgar terhadap imigran diangap sebagai sebuah blunder.

Continue reading →