Keberhasilan Jerman di masa Perang Dunia Ke 2 sangat menggagumkan. Dunia berhadapan dengan sebuah jenis peperangan yang baru dimana strategi baru dan cara berperang yang baru di tunjukan. Jerman menggunakan sebuah strategi yang kemudian disebut sebagai ‘Blitzkrieg’ atau perang kilat. Sebuah strategi yang melandaskan peperangan pada mobilitas prajurit bukan formasi prajurit yang kaku seperti peperangan-peperangan sebelumnya.
Mesin perang seperti tank, pesawat, kendaraan pengangkut pasukan, truk dan kapal-kapal selam menjadi landasan kekuatan daya serang Pasukan Jerman (Wehrmacht). Dengan perpaduan strategi dan mesin perang yang tepat, Jerman mampu menyapu eropa selama babakan awal Perang Dunia ke 2.
Namun di balik strategi Jerman yang mencengangkan selama perang dunia, terdapat para alhli strategi yang sangat menentukan. Berikut beberapa ahli strategi Jerman yang cukup dipandang dunia. Mereka dikagumi baik oleh kawan maupun lawan mereka di medan pertempuran.
1 Erich Von Manstein
Fritz-Erich von Lewinski atau yang lebih dikenal sebagai Erich von Manstein (November 24, 1887 – 9 Juni 1973) adalah salah seorang Jenderal Jerman dan strateg perang pada Era Perang Dunia II. Ia menjadi salah satu komandan yang paling menonjol dalam tubuh angkatan bersenjata (Wehrmacht) Jerman Perang Dunia II. Selama Perang Dunia II ia mencapai pangkat Field Marshal (Generalfeldmarschall). Pihak sekutu menyebutnya sebagai salah seorang Jendral terbaik Jerman, bahkan mungkin yang terpandai.
Erich v. Manstein
Von Manstein adalah inisiator dan salah satu perencana strategi alternatif dalam penyerangan Ardennes, salah satu kunci keberhasilan invasi Perancis pada tahun 1940. Dan rencana revolusionernya inilah yang membuat taktik Blitzkrieg Jerman begitu ditakuti. Bersama dengan Jendral Heinz Guderian, ia menjadi pionir dalam merancang taktik perang modern berikutnya.
Ia menerima pujian karena keberhasilannya dalam memimpin kemenangan pasukan Jerman dalam pertempuran Perekop, Kerch, Sevastopol dan Kharkov di Rusia. Namun dia gagal memimpin upaya bantuan kepada pasukan Jerman yang terkurung di Stalingrad dan evakuasi kantung (sebutan untuk pasukan yang terkurung) Cherkassy di Rusia. Ia dipecat dari dinas militer oleh Adolf Hitler pada Maret 1944 karena sering berbenturan pendapat dengan Hitler dalam hal strategi militer.
Pada tahun 1949 ia diadili di Hamburg atas kejahatan perang dan dihukum karena “mengabaikan untuk melindungi nyawa warga sipil” dan menggunakan taktik bumi hangus yang menghabiskan suplai makanan yang penting bagi masyarakat setempat. Dia dijatuhi hukuman 18 tahun penjara, kemudian dikurangi menjadi 12 tapi ia hanya menjalani 4 tahun hukuman sebelum dibebaskan. Setelah dibebaskan dari penjara Inggris pada tahun 1953, ia menjadi penasihat militer kepada Pemerintah Jerman Barat. Ia memangku jabatan itu sampai wafat.
Walau bagaimanapun jasa Von Manstein di dalam perkembangan strategi militer pada umumnya dan perkembangan pasukan Jerman pada khususnya tidak dapat dipandang enteng. Kemampuannya untuk memadukan antara kedisiplinan pasukan dengan kecanggihan teknologi telah membuatnya dikenal dan disegani, tidak saja oleh Jerman, namun juga musuh-musuhnya.
2 Heinz Guderian
Heinz Wilhelm Guderian (17 Juni 1888 – 14 Mei 1954), adalah seorang pelopor dalam pengembangan peperangan lapis baja (panzer dan tank), dan merupakan inisiator terkemuka tank dan mekanisasi di Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman). Panzer Jerman (kendaraan lapis baja) yang awalnya hanya berupa kekuatan pendukung daya serang dari pasukan infantri, kini menjadi kekuatan utama dari angkatan bersenjata Jerman.
Heinz Guderian
Selama periode ini (1936-1937), Guderian menghasilkan sebuah karya paling penting dan prestisius yang pernah ia tulis. Ia menulis sebuah buku yang berjudul Achtung – Panzer! Buku tersebut adalah sekumpulan kompilasi teori Guderian sendiri tentang peperangan lapis baja dan kumpulan pemikiran dari beberapa staf strateg peperangan lapis baja di seluruh dunia. Buku tersebut menguraikan penggunaan tank serta potensi kekuatan udara serta dalam pertempuran tanah masa depan.
Pasukan panzer Jerman dibentuk dan dibangun secara garis besar sesuai dengan teori-teori Guderian dalam Achtung – Panzer! Dan hasilnya adalah kemenangan-kemenangan Jerman secara berturut-turut baik di front Barat (Perancis, Belanda, Belgia) maupun di Front Timur (Uni Soviet).
Selama perang, Heinz Guderian sangat sukses sebagai komandan pasukan panzer dan memperoleh banyak kemenangan di beberapa front. Dari Inspektur Jenderal Lapis Baja Pasukan, ia kemudian naik ke pangkat menjadi Generaloberst, dan Kepala Staf Umum pada tahun terakhir perang. Dia juga menulis banyak makalah tentang perang mekanik, yang menjadi dasar di Angkatan Darat Jerman.
Investasi terbesar Guderian (bersama dengan Von Maenstein) adalah pembentukan sebuah strategi perang kilat yang kemudian disebut dengan Blitzkrieg. Blitzkrieg menjadi sebuah strategi militer yang begitu menakutkan hingga akhir tahun 1943. Hanya saja kemampuan perang Blitzkrieg ini mempunyai kelemahan antara lain harus adanya suplai dan perbekalan yang lebih dari cukup, yang harus disediakan bagi pasukan yang berperang secara mobil (terutama suplai bensin yang harus diberikan secara kontinyu). Blitzkrieg akhirnya menemui kegagalan di Rusia lebih karena Jerman kehabisan sumber daya, terutama minyak yang dibutuhkan pasukan lapis baja untuk bergerak.
3 Erwin Rommel
Erwin Johannes Eugen Rommel (lahir 15 November 1891 meninggal 14 Oktober 1944 pada umur 52 tahun) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Erwin Rommel adalah seorang komandan pasukan Jerman pada era Perang Dunia II. Perdana Menteri Britania Raya Sir Winston Churchill, yang waktu itu adalah musuh bebuyutan Jerman, pernah terang-terangan memberikan salut kepada jenderal jenius ini di Parlemen. Pada akhir hayatnya ketika ditanya mengapa dia memuji musuh, Churchil mengatakan “Saya tidak menyesal memuji Rommel”.
Erwin Rommel
Usai perang dunia pertama, Rommel tetap berdinas di Wehrmacht dan pada 1929 diangkat menjadi instruktur di Sekolah Infantri di Dresden. Pada Oktober 1935 dia naik pangkat menjadi letnan kolonel dan mulai mengajar di Akademi Militer Potsdam.
Sebagai guru yang luar biasa, bahan-bahan kuliah Rommel yang bersumber dari buku hariannya selama Perang Dunia I diterbitkan sebagai buku taktik-taktik infantri (Infanterie greift an) pada 1937. Buku ini dibaca oleh Adolf Hitler yang saking terkesannya menugaskan Rommel melatih Hitler Jügend pada tahun itu. Pada tahun 1938, Rommel, yang sudah berpangkat kolonel, ditunjuk sebagai komandan Akademi Perang di Wiener Neustadt. Di sekolah itu, dia menulis buku lanjutan bukunya yang pertama (Infantry Attacks), dan kemudian Panzer greift an (Tank Attacks, sering diterjemahkan sebagai Tank in Attacks). Dia dipindahkan tak lama kemudian dan ditempatkan dalam batalyon pengawal pribadi Adolf Hitler (Führer-Begleitbattalion).
Sebagai penghargaan, Rommel dipromosikan menjadi Jenderal dan panglima dari 2 divisi AD Jerman yaitu Divisi Ringan ke-5 (kemudian direorganisir dan redesain sebagai Divisi Panzer ke-21) dan Divisi Panzer ke-15, yang dikirim ke Libya pada awal 1941 untuk menolong pasukan Italia yang menderita kekalahan besar di front Afrika Utara. Pasukannya inilah cikal bakal terbentuknya Deutsches Afrika Korps. Pasukan barunya ini berhasil memukul mundur Tentara ke-8 Inggris (British 8th Army) keluar dari Tobruk di Libya. Pasukannya merangsek terus ke Mesir tapi berhasil dipatahkan di ‘Alamain. Begitu tentara Amerika Serikatmendarat di Maroko dan Aljazair, pasukannya ditarik mundur meninggalkan Tunisia. Kiprahnya di medan pertempuran di padang pasir Afrika Utara itu membuatnya dijuluki “Rubah Padang Pasir” (“The Desert Fox”).
Rommel yang terserang infeksi saluran pernapasan ditarik pulang ke Jerman. Ada dugaan kekalahannya di El Alamein dan penarikan mundur pasukannya dariThubruq membuat Hitler berang. Kembali ke Jerman, Rommel sempat menganggur. Akan tetapi saat serangan Sekutu makin gencar, Rommel ditunjuk sebagai Panglima Grup B Wehrmacht, yang bertugas mempertahankan pantai Perancis dari kemungkinan invasi Sekutu. Di bawah komandonya termasuk barisan pertahanan Benteng Atlantik (Atlantic Wall) yang akhirnya tidak mampu menahan invasi Sekutu pada 6 Juni 1944.
Pada 17 Juli 1944, dalam perjalanan pulang dari front, mobil Rommel diberondong pesawat Spitfire Angkatan Udara Kanada. Rommel terluka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pada saat yang sama, terbongkarlah konspirasi politik yang ingin menghabisi Hitler (Plot 20 Juli). Keterlibatan beberapa orang dekatnya menyebabkan Rommel dicurigai terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Mengingat popularitas Rommel di mata rakyat Jerman, Hitler memberinya pilihan: bunuh diri dengan menenggak sianida atau mengaku di depan pengadilan rakyat (Volksgerichtshof). Rommel memilih mengakhiri hidupnya dengan sianida pada 14 Oktober 1944 dan dimakamkan secara kebesaran militer.
Terima kasih.
bagus ya?