Setiap hari, anda merasakan kehidupan. Apakah dengan sarapan di pagi hari, bekerja di siang hari, menonton televisi sebelum tidur, dan memimpikan indahnya liburan di Maldives tengah malam. Semua anda jalani di dalam kehidupan anda. Begitu juga dengan tetangga anda, kucing kesayangan anda, tanaman yang anda siram setiap pagi, atau tikus yang memakan kabel televisi anda.
Selama ribuan tahun, manusia mengambil garis batas yang kuat antara kehidupan dan kematian, atau lebih tepatnya benda mati. Makhluk hidup bisa bergerak (atau setidaknya sebagain besar makhluk hidup dapat melakukannya), melakukan pencernaan, dan reproduksi. Manusia percaya bahwa daging itu tidak sama dengan batu. Coba saja pegang, mana ada daging di tubuh anda yang keras seperti batu yang teronggok di jalanan. Kecuali jika anda memang seorang kepala batu.
Akan tetapi waktu membuktikan bahwa batu dan daging mempunyai banyak kesamaan. Batu mempunyai unsur-unsur karbon, sama seperti daging yang dimiliki manusia dan begitu juga dengan seluruh sel yang ada di dalamnya. Karbon, karbon, dan karbon dimana-dimana. Karbon juga terdapat di hewan hingga tumbuhan. Batu bara, minyak, dan tanah juga mempunyai unsur yang sama. Lalu, apakah benar kata Aristoteles, bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati?
DNA ada di setiap makhluk hidup, ia ada di plankton hingga gajah. Manusia tidak terkecuali. DNA seperti sebuah blue print cetakan yang membuat spesies-spesies satu dengan yang lain berbeda. DNA manusia dan DNA sipanse 99% identik, namun perbedaan 1% itu sudah dapat membuat perubahan yang begitu masif. DNA antara satu manusia dengan manusia yang lain pun tidak sama. Aku dan adiku barangkali mempunyai keidentikan 99,999% DNA, namun tetap, ada sedikit perbedaan yang membuat aku adalah aku dan adiku adalah adiku.
DNA adalah sebuah informasi yang membedakan makhluk hidup dengan benda mati. Tidak ada DNA di batu dan tanah, karena kompleksitas mereka jauh berada di luar makhluk hidup. Lalu, apakah DNA adalah sumber dari kehidupan? Atau ia hanya informasi yang membuat semua elemen dan unsur non hidup menjadi hidup?
DNA terbuat dari protein dan protein dapat terbentuk dari rantai karbon yang berhubungan dengan elemen-elemen lain. Hubungan rantai karbon tidak dapat terbentuk jika tidak ada elemen penghubung likuid yang membuat proses itu dapat berlangsung. Di bumi, penghubung likuid tersebut adalah air (H2O). Ilmuwan memprediksi jika elemen lain seperti metana dapat juga menjadi penghubung seperti yang ada di Titan. Namun mereka masih belum dapat membuktikan adanya kehidupan di bulan Saturnus itu.
Dalam proses yang begitu lama, DNA berkembang menjadi sebuah sel yang kompleks dan sel-sel kompleks itupun berkembang menjadi organisme. Ada sekitar 30 trilliun sel di tubuh manusia. Dan masing-masing sel mempunyai fungsinya masing-masing, membentuk sirkulasi kehidupan yang kita alami setiap hari. Perkembangan itulah yang kita kenal sebagai proses evolusi.
Evolusi terjadi dalam waktu yang begitu lama, sehingga berbagai macam makhluk hidup dapat tercipta dengan ciri mereka masing-masing. Dari protozoa hingga felocylaptor, dari tanaman perdu hingga bakteri yang mampu bertahan di es. Semua makhluk hidup itu tercipta karena proses evolusi yang panjang. Akan tetapi bukan makhluk hidup saja yang berevolusi. Alam semesta mempunyai proses evolusinya yang juga menarik untuk disimak.
Ketika big bang terjadi, atau setidaknya begitulah yang ilmuwan prediksi. Di alam semesta yang masih bayi itu, partikel yang ada di sistem periodik unsur belum terbentuk. Atau secara ekstrim, kita bisa mengatakan bahwa tidak ada partikel sama sekali di alam semesta. Hanya ada energi dan panas yang luar biasa tingginya. Kita bisa mengatakan kalau alam semesta itu seperti sup jagung yang dimasak ibu ketika ia kesiangan bangun.
Singkat kata, beberapa saat setelah Big Bang, suhu menurun dan partikel pun terbentuk. Ada pertempuran besar antara matter dan anti matter, dan entah mengapa matter berhasil bertahan. Hingga terbentuklah bintang-bintang pertama yang menyebabkan seluruh tabel periodik unsur terbentuk seperti sekarang. Terkesan seperti donggeng? Ya, mungkin. Tapi setidaknya itulah pendekatan yang dapat diberikan oleh ilmuwan. Bisa jadi itu salah, ya, tapi setidaknya kita sudah berusaha berpikir.
Alam semesta dan manusia sama-sama berevolusi. Apakah itu artinya alam semesta dan manusia sama-sama hidup? Atau dua-duanya terhitung ke dalam benda mati? Apakah pertanyaan itu sebenarnya kurang relevan untuk ditanyakan? Atau apakah kita dan alam semesta adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan?
Aku berharap kelak salah satu pembaca artikel disini mampu untuk menjawabnya. Untuk sekarang, kita hanya dapat puas melihat ke langit dan mengatakan bahwa, seluruh bintang yang bersinar diatas sana adalah saudara kita. Saudara dari sisa-sisa big bang 13.8 milyar tahun yang lalu.
bermanfaat sekali artikelnya, thanks..