Manusia selalu mendapatkan cara untuk terus melakukan ekspansi. Dari mulai kehidupan leluhur kita di pedalaman Afrika hingga ujung terjauh dari Kutub dunia, dari pegunungan Himalaya hingga laut Mariana. Boleh dikata, seluruh ujung dunia ini telah terjamah oleh manusia. Sebagian besarnya bahkan sudah menjadi tempat hunian permanen. Sekarang kita menatap langit sebagai tujuan manusia berikutnya. Mars misalnya, dalam beberapa tahun ini digadang-gadang menjadi tempat tujuan peradaban manusia berikutnya. Planet gersang itu mempunyai jarak tempuh kurang lebih 3 – 6 bulan perjalanan dari bumi. Komposisi planet tersebut juga mirip dengan planet kita, kecuali jika planet tersebut tidak mempunyai air, atmosfer yang cukup, dan kehidupan.
Namun menjelajahi angkasa luar hanya salah satu opsi bagi tujuan peradaban manusia kedepan. Ada satu lagi opsi yang mungkin applicable buat jadi bahan pertimbangan manusia, opsi tersebut adalah menjadikan manusia sebagai data. Data yang dimaksud disini adalah data digital yang dimasukan ke dalam sistem komputer. Mungkin bisa diibaratkan seperti virus komputer sekarang ini. Ia hidup dan berkembang di dalam sistem yang bebas di dalam pertukaran data dunia maya. Apakah hal ini mungkin untuk dicapai?
Ada beberapa PR yang harus diselesaikan sebelum mampu mentransfer kesadaran manusia ke dalam komputer. Pertama, kita harus tahu bagaimana memetakan pattern yang ada di dalam otak manusia. Otak manusia adalah sebuah mesin yang kompleks, satu emosi saja membutuhkan kinerja ribuan, atau bahkan jutaan syaraf neuron. Memetakan hal ini tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kedua, kita harus menemukan sistem yang cukup atau sesuai untuk menampung seluruh data dari otak manusia. Satu otak manusia saja membutuhkan (kemungkinan) 2.5 petabyte (1 petabyte = 1 juta GB). Sebuah angka yang tidak dapat dikatakan kecil.
Jika saja ide ini memungkinkan, kita masih membutuhkan sumber energi sebagai tenaga mesin yang mampu menampung memori manusia itu. Dan satu-satunya sumber tenaga yang dapat mensuplai energi untuk mesin sehebat itu adalah bintang. Bintang, atau matahari yang ada di dekat kita mampu bersinar selama milyaran tahun. Matahari kita saja kemungkinan masih dapat hidup 5 – 6 milyar tahun lagi. Sedangkan tipe bintang merah atau red dwarf mungkin mampu bersinar selama puluhan atau bahkan ratusan milyar tahun. Sebuah waktu yang terbilang sangat lama bagi sebuah peradaban untuk berkembang. Sederhananya, kita membangun sebuah struktur raksasa di sekeliling bintang tersebut, dan menggunakan energi yang dihasilkan bintang itu sebagai sumber energi mesin komputasi raksasa yang mampu menampung memori seluruh umat manusia.
Mesin raksasa itu, dikenal dengan nama Dyson Sphere. Sebuah ide mega structure yang diperkenalkan oleh Freeman Dyson dalam paper “Search for Artificial Stellar Sources of Infrared Radiation” di tahun 1960. Dia berargumen, sebuah peradaban maju akan menggunakan sumber tenaga bintang, terutama bintang merah/red dwarf yang mempunyai tingkat kehidupan panjang untuk membangun tempat mereka hidup. Lalu Robert Bradbury membuat tulisan, bahwa mungkin saja Dyson Sphere digunakan untuk membangun sebuah komputer raksasa yang dinamakan Matrioshka Brain. Matrioshka Brain memungkinkan sebuah peradaban untuk mengupload pikiran-pikiran mereka di dalam mesin, dan membuat mereka mampu untuk hidup selamanya di dalam sebuah dunia virtual. Mirip dengan film the matrix jika kita ingin mencari perumpamaannya.
Ada dua kelebihan jika peradaban manusia akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah Matrioshka Brain. Pertama, kita tidak perlu repot menciptakan sebuah cara untuk menjelajahi alam semesta lebih jauh lagi. Cukup dengan menemukan beberapa bintang yang cocok dan kemudian membangun Matrioshka Brain di sana. Sebagaimana kita ketahui dari penelitian Edwin Hubble jika alam semesta kita semakin lama semakin membesar. Satu galaksi dengan galaksi lain kian lama kian menjauh. Ini disebabkan meluasnya space itu sendiri, akibat sebuah gaya intrinsik yang belum kita ketahui, gaya yang nantinya disebut sebagai Dark Energy oleh para ilmuwan. Kedua, manusia tidak perlu takut dengan wabah, kegagalan eksplorasi ruang angkasa, dan lain sebagainya. Membangun Matrioshka Brain jauh lebih aman daripada gambling menjelajahi alam semesta.
Namun membangun Matrioshka Brain juga bukan tanpa kelemahan. Salah satu yang paling sederhana adalah, membangun struktur yang sebegitu besar sangatlah memakan biaya, waktu, dan tenaga. Dari mana material harus dikumpulkan? Bagaimana mengangkutnya? Dan belum kesulitan-kesulitan teknis lainnya. Matrioshka Brain juga belum menjamin struktur tersebut aman terhadap bencana-bencana kosmik seperti ledakan gamma, neutron star, dan lain sebagainya.