Bagaimana Dengan Perang Dunia 3?

Perang Dunia 2 adalah salah satu perang paling berdarah dalam sejarah manusia. Jutaan orang tewas baik akibat dampak langsung maupun tidak langsung dari perang tersebut. Sebuah perang yang benar-benar mengerikan, baik dari sisi skala maupun intensitas pertempurannya. Perang Dunia 2 bisa disebut sebagai satu rangkaian perang dengan Perang Dunia 1 atau Weltkrieg atau Great War. Perang yang menentukan garis batas dan tatanan politik modern.

Parade Militer Russia (Victory Parade) Yang Selalu Diadakan Dengan Meriah

Sebelum Perang Dunia 1, perang adalah cara yang diterima secara konsensus ketika diplomasi antara dua entitas negara tidak mampu lagi untuk berjalan. Horror dan korban dari Perang Dunia 1 membuat tren peperangan sempat menurun, namun tidak untuk waktu yang lama. Penyerbuan Jepang ke Manchuria, aneksasi Italia ke Ethiopia, dan Perang Saudara di Spanyol adalah preseden Perang Dunia 2. Beberapa pendapat bahkan memasukannya sebagai runtutan tak terpisahkan dari perang besar tersebut.

Perang Modern adalah perang secara total, garis depan tidak lagi suatu ladang yang berada jauh dari perumahan penduduk. Bagian terpencil dari sebuah negara yang sedang bertempur tidak dapat luput dari dampak pertempuran. Pemboman oleh pesawat terbang, atau pembuatan roket-roket (seperti V1 dan V2) pada Perang Dunia 2 adalah contohnya. Mereka dapat menjangkau ribuan kilometer jauhnya dari medan pertempuran garis depan. Menghancurkan suplai di garis belakang, lumbung-lumbung pangan, atau sekedar membuat moral dari penduduk negara hancur luluh.

Perang Dunia 2 berakhir dengan ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Setelah itu, Perang Dingin, yang well “dingin” terjadi selama beberapa dekade. Perang masih terus terjadi, dan korban mencapai jumlah yang tak bisa dikatakan sedikit. Namun negara-negara besar tak lagi saling bertempur satu sama lain – setidaknya secara langsung. Satu faktor yang menyebabkan negara-negara itu terkesan saling menahan diri adalah Nuklir.

Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki agaknya membuat negara-negara Super power harus berpikir dua kali untuk menggunakannya kembali. Efek dari serangan bom itu – walaupun tidak menimbulkan korban terbesar dalam sejarah pemboman Perang Dunia 2 – cukup mengerikan. Dan syukurlah, meskipun di era Perang Dingin terdapat banyak konflik, namun tak satupun melibatkan senjata pemusnah massal.

Jika saja sempat digunakan, apa pengaruh bom-bom nuklir itu buat dunia?

Yang jelas, dunia akan menjadi tempat yang sangat berbeda. Senjata nuklir akan menjadi sebuah senjata yang wajar digunakan di dalam sebuah konflik. Dan wajah-wajah negara dunia akan sangat berbeda. Belum lagi kekacauan -post apocalyptic- ala film hollywood. Entah kejadian itu cerminan dari perkiraan event yang akan terjadi atau hanya sebuah perkiraan ngawur.

Sampai saat ini, meskipun dunia sudah sangat kacau, namun perang skala besar belum lagi terjadi. Dunia sekarang sudah terlalu interconnected, sehingga sebuah konflik besar bukan lagi menjadi sebuah opsi untuk menyelesaikan masalah. Dan tren seperti itu akan terus terjadi kecuali negara anda adalah negara tertutup, hermit kingdom, dan tirani terisolasi, seperti korea utara dan beberapa negara timur tengah atau beberapa negara di benua afrika.

Eskalasi ketegangan antara Korea Utara dan Amerika serikat akhir-akhir ini kembali memunculkan pertanyaan. Apakah Perang Dunia 3 masih dapat terjadi?

Korea Utara mengancam akan menghancurkan Guam – pangkalan angkatan bersenjata Amerika Serikat di utara Filipina – dengan menggunakan roket mereka. Amerika-pun bereaksi keras terhadap ancaman ini dengan mengatakan akan melenyapkan Korea Utara dari peta jika mereka berani mengebom Guam. Jika ini terjadi, maka kita akan melihat sebuah konflik gaya baru di awal abad ini. Perang yang akan dimulai dan barangkali diakhiri dengan kekuatan Nuklir. Sebuah perang yang selama beberapa dekade ini terus dicoba untuk dihindari.

Lalu jika saja konflik seperti ini terjadi, apakah ia akan meluas menjadi sebuah Perang Dunia?

Pertanyaan diatas tergantung jawaban dari satu negara, China. China selama bertahun-tahun terus menjadi pelindung bagi Korea Utara. Ia bisa dibilang adalah satu-satunya negara di dunia yang mempunyai hubungan ekonomi secara langsung, dan juga erat dengan Korea Utara. Negara tertutup itu dengan senang hati menerima pembukaan pabrik-pabrik tekstil dan manufaktur China di negerinya. Upah yang murah menjadi daya tarik tersendiri baginya. Hubungan yang erat itu juga yang membuat China selama berkali-kali mencoba untuk menghalangi keputusan sanksi dunia internasional kepada Korea Utara.

China sendiri bukanlah negara yang hidup tanpa masalah. Setidaknya, ia berada di dalam status quo dengan dua kekuatan, Taiwan dan ASEAN. Sejarah Taiwan dan China daratan yang begitu kompleks tentu kita semua sudah tahu. Perang saudara yang membuat kedua negara itu terpecah terjadi bahkan sebelum Perang Dunia 2 berlangsung. Sedang di selatan, China terus mencoba mengklaim laut China Selatan dan membangun pangkalan militer di sana. Ia bersinggungan dengan Vietnam, Filipina, dan bahkan Malaysia. Mujur bagi Indonesia, kepulauan Natuna tidak masuk dalam radar mereka. Sehingga hubungan diplomatis antara Indonesia dengan China nyaris tidak terganggu.

Situasi dunia sekarang ini bisa dikatakan mirip dengan situasi dunia pra – Perang Dunia Pertama. Negara-negara superpower muncul dan perlombaan senjata dilakukan secara besar-besaran. Jika anda melihat data diatas, Amerika Serikat masih unggul dalam hal besaran anggaran militer mereka bahkan jika dibandingkan dengan 8 negara lain di bawahnya. Memang benar, besaran anggaran itu tidak selalu menjadi tolok ukur yang pasti dalam menakar seberapa kuat sebuah negara. Namun kita tahu secara umum, lebih banyak anggaran berarti lebih unggul riset, kualitas senjata, dan kesejahteraan anggota militernya.

Amerika Serikat memang unggul dalam hal pendanaan. Namun China dan Russia terus berusaha mengejar ketertinggalan. China misalnya kini tengah membangun kapal induk keduanya dan Russia tengah membangun armada udaranya serta memperbarui angkatan daratnya dengan senjata yang ampuh. Misalnya saja T-14 Armata yang oleh banyak pihak disebut sebagai tank yang berkualitas barat.

T-14 Armata
T-14 Armata Disebut-sebut Sebagai Tank Terbaik Saat Ini, Bahkan Jika dibandingkan Leopard 2 dan Abrams
Kapal Induk China
Kapal Induk China Yang Diluncurkan di Dalian Shipyard pada April 2017

Situasi di timur tengahpun saat ini menarik juga untuk diikuti. Di sana terjadi Perang Dingin versi mini dimana Arab Saudi dan Iran masing-masing saling mencari pengaruh di negara-negara sekitarnya. Negara-negara seperti Irak, Syiria, dan Yaman menjadi ladang bermain kedua negara itu. Kompleksitas konflik di timur tengah semakin bertambah dengan meluasnya paham Islam Ekstrimis yang mengganggap bahwa sudah saat membangun sebuah Khilafah. Perang ini barangkali minor jika dibandingkan dengan perlombaan senjata diatas. Namun perang tersebut sebenarnya cukup penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena konflik tersebut menjadi ajak uji coba senjata-senjata dan doktrin militer berbagai negara. Russia misalnya, rela menghamburkan uangnya di Syiria dengan dalih membantu Rezim Basyar Al Assad. Dan kita tahu bahwa jet-jet tempur mereka kerap kali berperan aktif dalam membombardir posisi lawan rezim tersebut.

Jadi, apakah Perang Dunia 3 akan benar-benar pecah? Kemanakah arah perlombaan senjata dunia sekarang ini akan berujung?

Saya pribadi berharap jika perang dalam skala besar tidak lagi terjadi. Karena setelah konflik semacam itu, entah apa wujud dunia kemudian. Negara-negara terutama mereka yang mempunyai kekuatan Nuklir aharus berhati-hati dalam bertindak. Salah-salah, bukan hanya negaranya yang hancur, namun seluruh tatanan politik dan ekonomi dunia. Seluruh konflik pada dasarnya dapat diselesaikan dengan jalan diplomasi dan pikiran itu harus ada pada masing-masing pemimpin dunia sekarang ini.

Perang adalah tragedi, dan seharusnya ia menjadi opsi terakhir dari sebuah diplomasi yang bahkan sama sekali tidak masuk dalam perhitungan. Seperti kata Einstein, “I know not with what weapons World War III will be fought, but World War IV will be fought with sticks and stones.”

 

3 Comments

  1. Jika WW 3 terjadi, maka yang merasakan dampaknya adl negara-negara maju macam Amerika, Eropa, dan negara pemilik nuklir. Selain karna efek hancurnya nuklir yg luar biasa dan efek setelah ledakan (penyebaran penyakit, radiasi, kematian flora & fauna, dll)

    Sebaliknya, negara-negara berkembang / tertinggal, macam negara-negara di afrika, amerika selatan, asean, oceania yg mana mungkin jika terjadi WW 3 , hny menjadi pengikut, bukan pemain utama. Sehingga efek kerusakan yg didapat tidak terlalu besar. Dan wilayah negara-negara tersebut mayoritas kaya SDA, sehingga kemungkinana bakalan menjadi pusat peradaban, jika negara-negara maju / pemilik nuklir musnah karna efek dari bom nuklir

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.