Pendaratan Normandy pada 6 Juni 1944 adalah salah satu peristiwa paling penting di Perang Dunia ke 2. Pendaratan sekutu di pantai utara Perancis itu memungkinkan Amerika, Inggris, Kanada, beberapa pasukan Polandia, dan Selandia baru untuk menyerang Jerman langsung di jantung kekuasaan mereka. Selama empat tahun terakhir, mereka hanya bisa menyerang outpost Jerman di Afrika Utara dan Italia. Atau membombardir kota-kota mereka dengan B17, B25, atau Halifax.
Di Normandy, terdapat 380,000 pasukan Jerman yang terbagi menjadi 4 Army Group. Jumlah itu hanya yang bertugas untuk menjaga AtlantikWall – benteng atlantik yang menurut Hitler tak dapat ditembus. Terdapat lebih banyak lagi pasukan Jerman di Perancis yang bertugas selain untuk pasukan cadangan, juga bertugas membasmi partisan.
Memang kita tidak tahu pasti bagaimana jika Jerman berhasil menghentikan laju serangan sekutu di Normandy. Apakah Jerman dapat bertahan, atau Russia justru dapat menguasai Eropa seutuhnya? Di sini, saya bukan berarti mendukung pemerintahan Jerman NAZI tetap bercokol di Eropa. Apalagi mendukung rezim otoriter mereka yang telah membuat Eropa menelan pahit getirnya peperangan modern. Saya hanya mencoba untuk menuliskan kemungkinan2 dari sekian banyak yang dapat terjadi.
Dengan mempertimbangkan beberapa aspek, dan sedikit pengetahuan saya tentang kronologi sejarah di masa itu. Berikut 5 kemungkinan yang terjadi jika sekutu gagal melaksanakan pendaratan di Normandy:
1. Rommel Akan Berjaya
Semenjak 14 Juli 1943, Feldmarschall Edwin Rommel ditugaskan untuk memimpin Army Group B yang berada di Perancis Utara. Hitler menginginkan agar Atlantikwall, benteng pertahanan Jerman di sepanjang pantai utara Eropa diperkuat. Rommel yang selama ini terkenal karena kehebatan manuvernya di dalam medan pertempuran, kini harus dihadapkan kepada medan perang statik. Membangun sebuah pertahanan adalah sebuah hal yang tidak mudah, namun mempertahankan pantai yang panjangnya ribuan kilometer adalah hal yang hampir mustahil.
Mencoba menjadi kuat seluruh garis pertahanan, itu hanya berarti bahwa ia akan menjadi lemah di semua tempat. Rommel paham benar akan hal itu, dan ia mencoba mengajukan proposal untuk memberlakukan pertahanan yang fleksibel. Pertahanan yang mobile dan tidak kaku. Jika ada yang menyerang di satu titik maka pasukan cadangan akan dapat membantu mempertahanankannya. Realitanya proposal ini ditolak oleh Rundstedt atasan Rommel dan kemudian oleh Hitler sendiri. Proposal yang diajukan Rommel ini bukannya tanpa cacat. Keadaan udara Jerman di kala itu tidak menguntungkan, pembom sekutu bisa saja menghajar pasukan cadangan Jerman yang mobile itu. Dan itu bisa sangat fatal.
Tapi jika suatu sebab proposal Rommel untuk pertahanan fleksibel berhasil disetujui oleh Rundstedt dan Hitler. Serta pengembangan jet tempur M262 bisa lebih cepat dan sedikit membantu pertahanan udara Jerman. Maka bukanlah tidak mungkin jika pendaratan Normandy akan mendapatkan rintangan yang cukup berat. Field Marshall Eishenhower sadar benar dengan bahaya operasi Normandy sehingga jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan pidato jika operasi itu gagal.
Kegagalan Operasi Normandy sendiri kemungkinan mempunyai banyak sekali faktor dan akan saya bahas di lain posting. Namun jika itu benar terjadi, nama Rommel sendiri tentu akan melambung dengan tinggi. Empat tahun sebelumnya, ia dengan Divisi Panzer ke 7 – atau sering disebut sebagai Ghost Army – berhasil merebut kota-kota utara Perancis. Sekarang, ia mampu mempertahankannya dari serangan sekutu. Tidak menutup kemungkinan jika pamor Jendral kesayangan Hitler ini akan mampu membawanya ke kursi Reich 1. Menjegal Goering dan Himmler yang sudah mengincar tempat itu jika Sang Fuhrer mangkat.
Setelah keberhasilannya di Perancis utara, besar kemungkinan Rommel akan diperbantukan ke Front Timur. Membawahi Grup Tentara Vistula yang nyaris kocar-kacir dihantam Soviet. Plot pembunuhan Hitler oleh Stauffenberg bisa terjadi, namun bisa juga tidak terjadi. Karena situasi setelah kegagalan operasi pendaratan sekutu di Normandy membuat Jerman kembali sedikit diatas angin. Lagipula mereka mempunyai harapan pemimpin baru, Rommel, yang oleh sekutu sendiri begitu dihormati. Mereka menyebut Rommel sebagai The Last German Gentlemen ketika berhadapan di gurun Afrika Utara tahun 1942. Dan perundingan damai oleh sekutu dan Maestro taktik panzer ini barangkali akan berlangsung secara hangat.
2. Amerika Akan Berfokus ke Jepang?
Opini publik di Amerika sebenarnya tidak begitu mendukung rencana penyerbuan ke Eropa. Dendam mereka tertuju kepada Jepang yang telah menyerang Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Bagi mereka, mengalahkan Kekaisaran Matahari Terbit lebih utama ketimbang menolong saudara Anglo-Saxon mereka di seberang lautan. Toh keadaan Russia sudah lebih baik dan front Italia menunjukan perkembangan yang positif, meskipun geraknya lambat.
Jika pendaratan Normandy gagal, publik Amerika tentu saja akan berang. Sejumlah 160,000 pasukan tewas atau tertangkap adalah sebuah berita yang mengerikan. Tidak pernah dalam sejarahnya, Amerika menderita kerugian yang begitu besar hanya di dalam satu pertempuran saja. Publik akan menyalahkan Rooselvet karena janjinya kepada Inggris bahwa “Erope First.” Janji itulah yang membawa Amerika ke dalam bencana yang kelak disebut “D-Day Disaster.”
Untuk membendung publik Amerika yang semakin samakin tinggi, Amerika akhirnya memutuskan untuk berfokus ke Jepang. Mereka tetap mengirimkan bantuan untuk memperkuat front Italia, namun pasukan yang dikirimkan sangat terbatas. Skuadron pembom dan interceptor tetap dikirimkan ke Inggris, namun rencana untuk mendaratkan pasukan langsung ke jantung pemerintahan Jerman ditunda atau malah ditiadakan sama sekali.
3. Nuklir Akan Jatuh Di Kota Jerman?
Setelah kekalahan di Normandy, sekutu barangkali akan lebih mempertimbangkan untuk menjatuhkan Nuklir di kota-kota Jerman daripada di Jepang. Munich dan Berlin adalah target yang kemungkinan besar dipilih. Namun bisa juga kota-kota industri di sepanjang sungai Rhein. Hanya saja ada beberapa kendala yang musti diperhatikan oleh sekutu.
Pertama, jika pesawat jet tempur Me262 Jerman telah benar-benar full operating, maka misi pengeboman ke kota-kota Jerman bukanlah misi yang mudah. Me262 dapat mencapai kecepatan 870km/jam sedangkan pesawat sekutu tercepat di waktu itu, P 51 mustang, hanya dapat mencapai kecepatan 703 km/jam. Selisih kurang lebih 167 km/jam. Jika pendaratan Normandy gagal, maka pengembangan dan produksi jet tempur itu akan jauh lebih cepat dan masif daripada seharusnya.
Kedua, membawa bom itu ke Inggis juga beresiko. Jerman waktu itu sudah memproduksi cukup banyak roket V1 dan V2. Roket balistik itu dapat mencapai daratan Inggris kapan saja. Realitanya, produksi roket dan tempat peluncuran mereka di Belgia terganggu karena keberhasilan pendaratan sekutu di Normandy. Tapi jika pendaratan itu tidak berhasil, maka produksi V1 dan V2 tidak akan mempunyai rintangan berarti. Kecuali jika pembom sekutu dengan pasti menemukan lokasi-lokasi perakitan roket-roket tersebut.
4. Russia Melaju Hingga Berlin?
Jika Jerman lambat dan ragu untuk memindahkan sebagian pasukannya dari Perancis utara, maka tidak menutup kemungkinan negara itu akan dapat menduduki Berlin. Hanya saja, pekerjaan itu tidaklah mudah. Pada realitanya, Jerman justru memindahkan sebagian pasukannya dari front timur ke barat pada Desember 1944 guna melaksanakan Unternehmen Wacht am Rhein atau yang lebih sering dikenal sebagai Battle of the Bulge. Operasi yang ambisius itu terbukti fatal. Tidak hanya puluhan ribu pasukan Jerman tewas atau tertawan, ratusan tank jenis terbaru Konig Tiger juga ikut hancur.
Tidak ada yang tahu jika Konig Tiger itu digunakan di front timur. Yang jelas, tank tersebut adalah salah satu tank terbaik di era Perang Dunia ke 2. Soviet waktu itu mempunyai IS 1 dan IS 2 (sinkatan dari Iosif Stalin). Tank itu diharapkan mampu menggantikan peran krusial T34 yang sudah uzur jika berhadapan dengan meriam 88mm Tiger. Hanya saja, IS 2 mempunyai masalah pada keakuratan meriam tembaknya. Kelemahan ini tentu sangat berpengaruh jika harus berhadapan dengan meriam 88mm Tiger yang terkenal sangat akurat dan mematikan.
Jika Russia masih bernafsu untuk menembus garis pertahanan menuju Berlin, jumlah korban yang jatuh di tentara merah akan sangat astronomikal. Polandia akan menjadi medan pertempuran paling berdarah yang pernah dilihat manusia. Kemajuan kedua belah pihak akan sangat lambat. Tidak menutup kemungkinan jika perang statis seperti Perang Dunia pertama akan muncul kembali.
5. Italia Menjadi Tempat Berdarah
Jendral Albert Kesselring pada tahun 1943 bersikeras agar Italia menjadi front yang tidak mudah ditaklukan oleh sekutu. Dan pada kenyataannya, ia berhasil membuktikan kata-katanya tersebut. Sekutu memprediksi jika mereka mampu sampai di Italia Utara paling tidak sebelum akhir tahun 1943. Namun mereka harus berdarah-darah hingga Mei 1945 dan korban jiwa mencapai 335,495 jiwa.
Perdebatan di kalangan sekutu sebenarnya mencuat setelah keberhasilan pendaratan di Sisilia, Salerno, dan Anzio. Apakah masih perlu pendaratan kedua di benua Eropa setelah itu? Dan apakah pendaratan di Perancis Utara benar-benar perlu dilakukan. Beberapa Jendral mengganggap bahwa akan lebih mudah menghancurkan Jerman dari Italia. Dan lagipula, memindahkan resource seperti perkapalan dan manusia kembali ke Inggris untuk persiapan invasi Normandy bukanlah hal yang mudah.
Jika pendaratan Normandy gagal, Italia bukanlah sebuah opsi namun benar-benar satu-satunya tujuan yang dapat sekutu lakukan untuk menusuk Jerman. Mereka tentu tidak ingin kegagalan kedua muncul di tanah Romawi itu. Jerman sendiri tentu tidak mau juga kehilangan muka setelah kemenangan mereka di Normandy. Jendral Kesselring akan mendapatkan sumber daya apapun yang ia butuhkan guna menahan atau malah kembali menggiring sekutu ke laut tengah. Hanya nasib yang bisa menghindarkan kehancuran tanah Italia dengan peninggalan-peninggalan kunonya yang berharga.
Kalau gagal, Rusia pasti KO
Untuk itu agak susah untuk dipastikan, tapi menarik juga kalau Soviet sampai meminta damai karena operasi Normandy gagal…
Yang saya tau sebelum dan ketika perang dunia kedua berkecamuk, Amerika Serikat sudah menjadi negara super power (sudah mengalahkan Inggris dalam hal ekonomi dan militer) industri Amerika Serikat kala itu lebih besar dari industri gabungan Jerman, Jepang dan Italia (Axis), yang saya pernah baca armada sekutu yang menuju Normandia kala itu adalah yang terbesar di dunia, – +1000 kapal berbagai jenis dikerahkan untuk berhasil melakukan Normandia
Memang benar Amerika sudah menjadi Industry Power House nya dunia kala itu. Tapi opini publik di dalam negeri Amerika sendiri sebenarnya tidak terlalu mendukung adanya perang. Baru ketika Pearl Harbor diserang, opini masyarakat berbalik. Meskipun mereka sebenarnya ingin menghancurkan Jepang terlebih dahulu.
Gan, bahas tentang program bantuan Lend-Lease Amerika dong :v
Boleh, nanti lain kali coba saya bahas 😀
tapi yang harus diiingat, kunci kemenangan dday ini adalah operasi fortitude yang merupakan operasi penipuan terbesar , dimana tujuan ini untuk meyakinkan jerman bahwa sekutu akan mendarat di Pas-de-Calais. bukan normandia, kemudian cuaca yang mendukung (maksudnya cuaca buruk). tapi yang disayangkan itu adalah tempat pembantaian.
Ada benarnya, kalau tidak salah waktu itu Rommel sudah percaya kalau pendaratan bakal berada di Normandy. Tapi Hitler lebih percaya kalau pendaratan bakal terjadi di Pas de Calais. Secara tempat itu jauh lebih dekat dengan Inggris dan dekat pula dengan port2 besar Inggris…
yep amrik dulu udah bagus, tpi pas WW2 kalo g salah Strategi mereka memperbesar Kuantitas terutama dalam Hal “Tank” nya jadinya pas ditengah operasi suka mengalami kerusakan teknis
kalo dday gagal soviet bisa tambah ganas, bisa aja kv 2 digabung sama is 2