Saya kerap mendengar bahwa blog itu tidak layak digunakan sebagai referensi pada sebuah jurnal. Alasannya dari mulai tidak kompetennya penulis sampai dengan tulisan di blog dipenuhi dengan asumsi pribadi sang penulis. Tunggu dulu?! Komentar tersebut memang bukan sebuah kesalahan. Namun ada konteks dimana komentar itu sebenarnya berada pada tempat yang salah.
Pertama, blog memang bukan digunakan sebagai jurnal. Blog bertujuan sebagai sarana untuk menyalurkan pemikiran dari sang penulis. Bisa dalam bentuk kritik, sindiran, sekedar imajinasi, opini, atau ditambahi dengan sedikit bumbu-bumbu berita faktual. Jika ada blog yang menyajikan fakta ilmiah, maka itu adalah sebuah bonus dan bukan sebuah common sense.
Jadi, ketika anda menemukan sebuah artikel di blog, anda jangan langsung berasumsi bahwa tulisan itu merupakan sebuah fakta. Idealnya, blog memang tidak bertujuan untuk menuliskan sebuah runtutan cerita seperti ensiklopedia. Sehingga ia sama sekali tidak cocok untuk dijadikan rujukan penulisan karya ilmiah. Seseorang yang mencari rujukan untuk penelitian atau karya ilmiahnya dari blog, maka ia telah salah besar.
Kedua, blog digunakan untuk memuaskan hasrat seseorang untuk menyebarkan pemikirannya. Dahulu, orang akan sangat kesulitan untuk menyalurkan ide yang ada di kepalanya. Ide itu bisa juga berbentuk opini sampai kritikan seperti diatas. Hanya beberapa orang saja di dalam sejarah yang sukses menyampaikan idenya ke masyarakat umum. Namun dengan adanya teknologi blog, seseorang akan dengan leluasa melempar idenya ke publik. Dan setiap orang yang ingin mencari referensinya akan mampu menggapai ide tersebut dari internet.
Ide memang sebagian besar hanyalah sebuah konsep. Sehingga data-data yang menyokongnya bisa saja lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Wajar saja jika blog memang terkesan membual dan monolog. Dan memang seperti itulah cara bekerjanya blog. Artikel di blog bukanlah IEEE, kita bisa menuliskan pemikiran yang terlintas di kepala kita lima detik yang lalu, menyusun kata-katanya, dan menjadikannya sebuah halaman di internet yang layak dibaca.
Terakhir, ada beberapa blog yang memang menyajikan berita dan fakta. Namun memang berita dan fakta itu selayaknya dilakukan kroscek terlebih dahulu sebelum dijadikan referensi utama disebuah paper ilmiah. Jika menemukan sumber yang lebih kompeten, meskipun sama konteksnya, maka selayaknya sumber kompeten itulah yang dijadikan sebagai rujukan.
Blog dapat memperluas wawasan seseorang, namun sekali lagi, blog bukanlah paper ilmiah. Para blogger terkadang memang memiliki pengetahuan luas maupun mendalam dalam sebuah subyek ilmu tertentu. Tapi mereka kebanyakan tidak menuliskan blog untuk digunakan sebagai rujukan ilmiah. Mereka ingin menyebarkan ide, pemikiran, dan mungkin ada bumbu kritik. Suatu hal yang tidak pernah dapat mereka lakukan dalam paper ilmiah.
Blog memang bukan untuk sarana menulis ilmiah. Agak aneh kalau ada yang nyatut referensi di jurnal dari blog…