Dualisme Strategi Militer Jepang di Perang Dunia 2

Bagi Jepang, Perang Dunia 2 dimulai jauh lebih awal daripada di barat. Invasi Jepang ke China di tahun 1937 yang terkenal dengan Marco Polo Bridge Incident menjadi titik awal perjalanan panjang militer negeri matahari terbit itu untuk mendominasi Asia. Sebuah perjalanan yang akan memakan jutaan nyawa baik militer maupun penduduk sipil. Konflik yang bahkan memakan jauh lebih banyak korban dibandingkan dengan pertempuran-pertempuran di Eropa.

Pertempuran dengan China diawali dengan kesuksesan yang cukup meyakinkan. Jepang dapat merebut kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan bahkan ibukota China Nasionalis di Nanking. Kekejaman Jepang di kota tersebut akan ditulis di dalam sejarah sebagai “The Rape of Nanking” atau “Nanking Massacre”. Dimana ratusan ribu penduduk kota Nanking terbunuh (atau dibunuh secara sistematis) dan ribuan wanita diperkosa oleh tentara Jepang.

Kejatuhan Nanking di tahun 1938 di atas kertas seperti menjadi titik akhir perjuangan China. Mereka seperti kehilangan taring untuk (bahkan sekedar) melindungi ibukotanya dengan perlawanan berarti. Kekuatan militer China, terutama China Nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek sepertinya sudah berada di ambang kehancuran.

Continue reading →

Youtube Sekedar Mesin Pencari Uang?

Popularitas youtube dewasa ini begitu meroket. Ribuan, mungkin jutaan orang menggunakan web itu untuk sekedar mencari hiburan hingga menjadi tujuan mata penghasilan utama. Channel-channel baru bermunculan dari mulai yang membahas tentang wisata hingga cara kerja LHC di CERN. Orang dapat mendapat popularitas begitu cepat. Cara yang dahulu hanya dapat dilakukan melalui proses panjang.

Banyak orang mungkin sinis terhadap keberhasilan segelintir orang meraup dollar di youtube. Mereka berkata bahwa keberhasilan itu adalah sebuah cara singkat yang mungkin semua orang dapat lakukan. Di sini ya, saya setuju dengan pendapat “semua orang” mungkin dapat melakukan hal yang sama. Namun saya tidak sependapat jika semua itu dapat dilakukan dengan mudah.

Saya pribadi mengupload beberapa video keluarga di youtube. Dan sampai sekarang tujuannya bukanlah untuk meraup dollar. Lagipula, syarat untuk meraup dollar sekarang ini mungkin jauh lebih sulit daripada dahulu. Dan video-video saya mungkin terlalu umum dan biasa. Sehingga mungkin sudah banyak orang yang membuat konten serupa.

Continue reading →

1984 dan Totalitarianisme

Dalam novelnya 1984, George Ormwell menceritakan sebuah alternatif sejarah yang cukup menarik untuk dibahas. Sebuah dunia dimana Perang Dunia 1 tidak pernah benar-benar berakhir. Alih-alih terjadi perdamaian seperti yang ada di dunia kita. Negara-negara di dunia Ormwell justru saling melebur menjadi 3 negara besar, Oceania, Eurasia, dan Eastasia.

Ketiga negara besar dunia nyaris mempunyai kekuatan yang seimbang baik dari segi kekuatan manusia maupun sumber daya alam. Perang diantara ketiga negara tersebut terjadi secara konstan. Namun tak ada pertempuran yang benar-benar memberikan dampak signfigikan. Bebeberapa pertempuran bahkan dilakukan di zona-zona netral. Jawa misalnya digambarkan sebagai sebuah tempat yang terus berpindah tangan. Kadang berada di bawah kekuasaan Eastasia, terkadang berada di bawah kekuasaan Oceania.

Pertempuran antara ketiga negara besar itu dilakukan secara “setengah hati”. Tidak ada pertempuran yang benar-benar “decisive”. Tidak ada juga pertempuran yang bertujuan menghancurkan secara menyeluruh pihak lawan seperti pertempuran-pertempuran di Perang Dunia 1 atau Perang Dunia 2. Tidak ada juga pertempuran yang bertujuan menguasai wilayah pihak lawan secara permanen. Yang ada hanyalah pertempuran-pertempuran yang dilakukan seadanya. Satu wilayah direbut untuk waktu tertentu, dan kemudian wilayah itu direbut oleh pihak lawan di kesempatan lain.

Continue reading →

Imperialisme & Penyebab Perang Dunia 2

Berakhirnya Perang Dunia 1 menyebabkan Dunia nyaris dibagi ke dalam beberapa pengaruh segelintir negara besar. Inggris dan Perancis menguasai koloni besar di Afrika, Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara. Uni Soviet menguasai sisa-sisa kekaisaran Russia. Sementara itu Amerika Serikat yang notabene mampu berdiri sendiri, puas mengisolasi negaranya tanpa perlu campur tangan ke masalah asing.

Imperialisme negara-negara pemenang Perang Dunia 1 membuat mereka mampu memonopoli komoditas perdagangan dunia. Inggris, Soviet, dan Amerika adalah penghasil minyak terbesar dunia di kala itu. Mereka bisa menentukan kepada siapa mereka akan menjual minyak itu dan untuk keperluan apa. Sedangkan Perancis dan Belanda dengan koloninya di Asia Tenggara mampu memonopoli hasil bumi dan karet.

Gambaran perdagangan global di masa itu tentu sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang. Sekarang, setiap negara bebas untuk memperjual belikan hasil produksinya ke negara manapun. Tidak ada batasan, dan tidak ada monopoli (sampai ke dalam batas tertentu). Mungkin memang masih ada beberapa negara yang secara ketergantungan masih harus mengekspor dan impor barang kebutuhan dari negara tertentu. Ada juga negara yang karena posisi geografisnya masih harus tergantung kepada negara lain. Tapi secara global, setiap negara bebas menentukan kemana mereka mau menjual dan membeli barang kebutuhan.

Continue reading →

Review Xiaomi Pocophone F1

Xiaomi Pocophone F1 barangkali adalah salah satu handphone yang paling membuat kehebohan di semester akhir 2018. Dia adalah handphone dengan prosesor Snapdragon 845 paling murah saat ini. Sebagai informasi, prosesor Snapdragon 845 biasanya digunakan oleh handphone flagship kelas atas yang harganya mungkin sekarang mencapai belasan juta atau lebih. Sedangkan Xiaomi Pocophone F1 sendiri dibandrol dengan harga 4,5 hingga 5 jutar rupiah. Harga yang sangat amat jauh lebih murah daripada kompetitornya.

Xiaomi Pocophone F1
Xiaomi Pocophone F1

Saya sendiri mendapatkan Xiaomi Pocophone F1 karena iseng mencoba flash sale di salah satu situs belanja online. Awalnya saya mencoba membeli varian ROM 64GB yang harganya 4,5 juta dan ternyata sold out. Saya baru berhasil di varian 128 yang harganya 4,9 juta di kala itu. Sekarang, harganya rata-rata naik Rp. 100,000 untuk toko-toko resmi.

Spesifikasi Pocophone F1 sendiri terbilang di atas rata-rata untuk harganya. Apalagi dengan benchmark Antutu yang mencapai score 260,000an. Ketika blog ini ditulis, pocophone menempati peringkat ke-8 di score antutu.

Continue reading →