Jika ditanya tentang evolusi, hampir semua orang akan menjawab bahwa bahwa evolusi adalah sebuah perubahan dari kera menjadi manusia, atau binatang-binatang purba yang berubah sedikit-demi sedikit menjadi yang kita temui sekarang ini. Barangkali jika yang dimaksud dengan evolusi biologi, jawaban di atas benar adanya. Namun perkembangan manusia tidak hanya terbatas pada perkembangan biologis saja. Manusia, hewan, tumbuhan, bakteri, dan bahkan virus terikat satu-sama lain dalam sebuah mata rantai perkembangan yang panjang dengan tanah, udara, karbon, dan seluruh unsur yang membentuk alam semesta. Apakah ini sebuah pernyataan menentang penciptaan dalam agama? Saya rasa tidak juga, tergantung dari sudut pandang kita dalam memahami permasalahan ini. Akan saya coba utarakan kemungkinan-kemungkinan dan interpretasi yang ada.
Evolusi sebenarnya sama sekali bukan proses yang unik. Inti dari evolusi adalah perubahan dan perubahan terus-menerus terjadi di depan mata kita. Dalam beberapa masa, manusia telah merubah beberapa hewan yang tadinya adalah perana liar di padang-padang rumput luas menjadi tunggangan, alat berburu dan berperang. Kepunahan dan kemunculan spesies barupun ada di dalam masa penjejakan kaki kita di planet kecil ini. Lalu, apakah kita harus meniadakan proses evolusi tersebut? Fakta bahwa segala hal, termasuk hewan-hewan yang ada di sekitar kita merupakan fakta evolusi yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Dan apakah evolusi itu bertentangan dengan kepercayaan? Saya rasa tidak.
Seberapa lama manusia telah berevolusi hingga pada bentuk seperti sekarang. Jawaban yang mungkin diberikan dapat beraneka ragam. Ada yang menyebutkan 1.5 – 2 juta tahun, ada yang mengatakan lebih panjang atau lebih pendek dari itu, namun sekarang ilmuwan lebih suka menyebut bahwa evolusi kita seumur dengan alam semesta. Mengapa demikian? Bukankah kita berevolusi dari mamalia pertama beberapa juta tahun yang lalu? Tidak, tidak seperti itu. Masa jutaan tahun itu hanyalah sebuah potret singkat, gambaran kecil dari proses besar yang panjang.
Waktu 14 milyar tahun adalah masa evolusi manusia yang sesungguhnya. Dari sebuah bola energi padat, menjadi sebuah hamparan material yang luas membentang. Dari ketidakadaan menjadi ada, dari pertarungan antara matter dan anti matter hingga bola panas yang memadat karena gravitasi. Seluruh proses yang dijalani oleh alam semesta, pembentukan partikel, pembentukan materi, pembentukan planet, matahari, dan galaksi mempunyai kontribusi besar terhadap munculnya spesies yang mampu memikirkan keberadaannya di bumi ini. Barangkali kita adalah ujung dari evolusi, atau salah satu dari ujung evolusi di alam semesta ini. Apakah kita mempunyai saudara di luar sana? Kemungkinan untuk itu besar sekali.
Syarat terbentuknya makhluk hidup sangatlah sederhana. Ada planet yang cukup suhu, cukup air, cukup sinar matahari, planet tersebut padat, menggandung cukup oksigen, panas internal, dan berputar dalam orbit yang pasti. Ilmuwan telah menemukan bahwa pembentukan asam amino sebagai inti pembangun makhluk hidup tidaklah begitu sulit. Suhu yang tepat, rotasi panas dan dingin yang pasti, sedikit listrik alami, dan campuran kimia yang tepat mampu untuk membangunnya. Dalam masa pembentukan dan pemadatan bumi yang panjang, segala aktivitas pembentukan asam amino dan (mungkin kemudian) DNA adalah sangat mungkin. Bahkan, kemungkinan pembentukan itupun terjadi di planet tetangga, Mars.
Mars dan Bumi dahulu diperkirakan adalah saudara kembar. Kedua planet ini sama-sama berada pada zona layak huni, mempunyai sinar matahari yang cukup, mempunyai susunan pembentuk planet yang sama, dan (dahulu) mempunyai cukup air. Akan tetapi, nasib menentukan bahwa Mars ternyata (sedikit) salah urus, garis magnet planet itu tiba-tiba kacau dan iklimnya mengalami gangguan. Kehidupan yang mungkin sudah berkembang, bahkan jauh sebelum bumi mempunyai hal yang sama, tiba-tiba saja lenyap. Meskipun bentuk kehidupan yang ada kemungkinan belumlah begitu kompleks. Beruntung bagi kita, bumi tidak menggalami kesialan yang serupa dengan Mars, ia bahkan mampu mempertahankan diri, membentuk atsmosfer pelindung bagi makhluk hidup di dalamnya, memberikan iklim yang teratur, dan mempunyai suhu yang sangat sesuai.
Jika kehidupan dapat terbentuk di Bumi dan (mungkin) di Mars, apakah mungkin kehidupan dapat terjadi di planet lain? Saya rasa jawabannya adalah Ya! Mungkin sekali dapat terbentuk, dan sekali lagi saya mengatakan ‘mungkin’. Karena memang bukti untuk itu belum ada hingga detik ini. Ada milyaran bintang di galaksi bima sakti saja, dan dari milyaran bintang itu pasti ratusan juta diantaranya mempunyai planet (ada bintang yang tidak mempunyai planet). Dan dari ratusan juta planet itu kemungkinan besar ada beberapa diantaranya yang dapat menyokong kehidupan. Dan ketika sebuah sokongan kehidupan itu ada, layaknya jamur di musim semi, mereka akan menyebar tanpa terbendung. Jika ada satu saja benih kehidupan terbentuk, maka seluruh unsur-unsur yang lain akan menyebar, berevolusi, berkembang, dan menyempurnakan diri.
Oleh: Anindita Saktiaji
Terlalu banyak evolusi