Beberapa orang mengganggap jika kepercayaan terhadap evolusi berarti bahwa ia tidak mempercayai konsep penciptaan di dalam agama. Karena di semua kitab suci agama tidak ada konsep yang mengarah kepada proses evolusi. Dimana kehidupan dapat baerkembang sedemikian rupa tanpa perlu bantuan dari sang pencipta. Tuhan menciptakan semuanya secara sempurna, dan makhluk hidup tercipta sedemikian adanya dari awalnya. Manusia pertama adalah Adam, dan hawa adalah pendampingnya.
Kepercayaan terhadap agama dan konsep evolusi seperti air dan minyak. Tidak bisa dicampur dan disatukan dalam bentuk apapun. Tapi terkadang kita lupa bahwa air dan minyak juga mempunyai proton maupun elektron yang terbentuk di dalam atom. Atom-atom seluruh unsur di alam semesta ini akan bercampur aduk meskipun jarak memisahkan. Kita saja sebagai manusia, atom yang ada di dalam tubuh kita lima tahun yang lalu, bisa dibilang akan berganti seluruhnya dengan yang baru sekarang. Sehingga kita tidak akan pernah tahu, darimana atom-atom kita berasal. Bisa jadi, atom kita pernah bersemayam di Beethoven atau Napoleon, atau Adam itu sendiri. Atau bisa juga atom kita adalah atom-atom dari bintang-bintang di Galaksi Andromeda.
Pernyataan diatas aneh bukan? Pasti sebagian besar orang mengganggap bahwa paragraf diatas adalah lelucon. Namun, seperti itulah faktanya. Setidaknya, seperti itulah fakta yang kita ketahui sejauh ini. Manusia tidak ada yang bisa menjelaskan sebuah kebenaran dari fenomena, bahkan fenomena paling simpel yang ada di sekitar kita. Kita bahkan hanya bisa memperkirakan bahwa gravitasi itu adalah efek yang dihasilkan dari masa bumi yang membengkokan ruang disekitarnya. Seperti bola bowling yang berada di sebuah lembaran karet elastis. Kita tidak tahu kebenaran apa yang ada dibaliknya, kita hanya bisa memperkirakan.
Perkiraan itu seperti halnya teori evolusi. Disana disebutkan bahwa manusia berasal dari kera. Koreksi, manusia berasal dari sejenis primata jutaan tahun lalu. Kera dan manusia berasal dari primata tersebut. Dan mengapa kesimpulan itu berhasil didapat? Karena percobaan dengan cara pendekatan. Kesimpulan adalah buah dari hipotesis, yang paling mendekati dengan fakta. Barangkali di masa depan, kita akan mendapatkan fakta bahwa manusia bukan berasal dari primata, namun lebih dekat ke badak?! #Bercanda.
Disitulah kelebihan dari manusia, manusia dapat mencoba menarik kesimpulan dari ceceran fakta yang tidak sempurna. Proses evolusi adalah salah satu di dalamnya dan barangkali orang-orang yang hidup dengan mempercayainya adalah orang-orang yang mencoba mencari kebenaran. Barangkali mereka akan menemukan bahwa Evolusi sangat bertentangan dengan agama dan akan menjadikan mereka menjadi atheis. Namun, ada kemungkinan juga seorang yang percaya kepada evolusi justru akan mendapatkan bahwa beberapa ayat di kitab suci sudah menjelaskannya beberapa ratus tahun yang lalu. Hanya kita terlalu naif untuk mengakuinya.
Di kitab suci agamaku, seringkali diingatkan agar manusia itu mempunyai akal, agar manusia mau berpikir, agar manusia mau belajar. Orang yang mau belajar akan dinaikan derajatnya dan lain sebagainya. Karena itulah, tetaplah belajar, tetaplah menggali ilmu pengetahuan, tetaplah mencari kebenaran dari ceceran fakta yang tersebar dan tidak lengkap. Para nabi sebenarnya juga manusia-manusia yang mencari kebenaran. Dan jika kebenaran itu belum ada di dalam genggamanmu, teruslah mencari!