Majapahit adalah sebuah Kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Luas kekuasaannya membentang hampir di seluruh Asia Tenggara dewasa ini. Majapahit menjadi sebuah titik tolak kebanggaan dan semangat persatuan bangsa Indonesia sekarang ini. Karena inspirasinya, dari sebuah negara kecil dapat menjadi sebuah kerajaan maha luas yang disegani. Namun banyak sekali ternyata fakta sejarah Majapahit yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Berikut ini akan saya bahas satu per satu beberapa fakta sejarah majapahit yang unik dan jarang diungkap:
1. Bagaimana Majapahit Menguasai Indonesia?
Dalam buku sejarah yang kita baca di bangku sekolah, pasti jika mendengar majapahit yang terbayang adalah sebuah kerajaan maha luas yang membentang dari sabang hingga merauke. Luas wilayahnya persis sama dengan Indonesia sekarang, bahkan ditambah lagi beberapa wilayah dari negara-negara Asean lain seperti Malaysia, Brunei Darrusalam, Filipina dan Kamboja. Imperium seluas ini adalah imperium terbesar yang pernah ada di Asia Tenggara, bahkan hingga saat ini.
Imperium Majapahit yang luas dan terpetak-petak oleh lingkaran lautan itu pastilah sangat sulit untuk di kontrol. Bahkan untuk Indonesia modern seperti sekarang ini. Banyak sekali imperium benua yang sukses dengan kekuasaannya. Namun imperium berbentuk lautan, barangkali sangat amat jarang sekali ada. Namun apakah benar bahwa Majapahit adalah sebuah maha kerajaan yang begitu luas dan menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara di masa sekarang? Dan jika itu benar, maka bagaimana cara untuk menggontrol wilayah yang hampir mustahil untuk di manage di kala itu?
Studi baru-baru ini menggungkapkan bahwa Majapahit tidak benar-benar menguasai seluruh wilayah nusantara (Jawa dan sekitarnya) seperti yang kita pikirkan sekarang ini. Dalam tulisan majalah National Geographic edisi Septermber 2012 dituliskan bahwa Majapahit adalah negara yang wilayah utamanya hanya terdiri dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan Bali (Barangkali sebagian nusa tenggara juga termasuk di dalam wilayah Majapahit). Lalu bagaimana dengan wilayah lain yang disebut dengan Nusantara?
Wilayah lain di nusantara tidak benar-benar ditundukan oleh Majapahit. Bukan juga dalam hal konsep “Vassal State” atau negara perdikan seperti konsep negara taklukan di Eropa. Negara-negara atau Kerajaan di Nusantara memang di datangi oleh pasukan Majapahit, bahkan beberapa terjadi sedikit pertempuran di antara mereka. Namun, bukan berarti bahwa negara itu menjadi Vassal State atau negara bawahan. Lebih jauh, para ahli menjelaskan bahwa mereka berbentuk lebih seperti aliansi. Dimana Majapahit menjadi ketua atau Maha Raja dari aliansi-aliansi di nusantara.
Bentuk pemerintahan seperti ini lebih mengacu pada sistem pemerintahan India. Jika kita pernah membaca epic mahabarata atau ramayana, maka kita akan menemui kasus yang mirip. Mahabarata misalkan, di dalam pertempuran besar, baik pasukan Kurawa maupun Pandawa sama-sama mendatangkan sekutu-sekutu mereka. Namun, bukan berarti sekutu tersebut sepenuhnya tunduk di bawah Pandawa maupun Kurawa. Di masa modern, konsep seperti ini hadir di persekutuan seperti NATO atau EU (Uni Eropa), di mana terdapat satu negara ketua, dan beberapa negara anggota, namun suara tetap ditentukan oleh ketua dari aliansi tersebut.
Jadi, peneliti sejarah sekarang lebih condong bahwa Majapahit merupakan ketua aliansi Nusantara kuno daripada sebuah negara kejam yang bersifat agressor. Konsep yang menyatakan bahwa Majapahit merupakan negara nusantara sendiri sebenarnya baru dikemukakan sekitar masa kemerdekaan Indonesia. Dimana sebuah angan-angan sejarah tentang persatuan nusantara di masa lalu akan membuat semangat kemerdekaan Indonesia semakin berkobar. Dalam kenyataannya, wilayah utama Majapahit tidak pernah lebih dari sebagian Jawa bagian tengah dan timur serta Bali.
2. Gadjah Mada?
Sosok Gadjah Mada adalah idola masa lalu yang tidak perlu ditanyakan lagi pamornya. Dia adalah seorang sosok menawan sekaligus misterius yang asal, keluarga, bahkan nama aslinya tidak pernah diketahui. Dia begitu terkenal dengan sumpah palapa yaitu “Aku tidak akan makan buah palapa, sebelum aku menyatukan nusantara!” Selain beberapa kelebat kisahnya dalam ‘Negarakertagama’ yang ditulis oleh ‘Mpu/Guru Prapanca’ kita hanya tahu sekilas bagaimana bentuk wajahnya dari sebuah potret patung berwajah bulat, tambun namun mempunyai garis wajah keras.
Potret Gadjah Mada itulah yang menjadi patokan setiap buku-buku sejarah untuk menggambarkan sosok paling besar di abad ke 12 itu. Namun otentikasi potret sosok Gadjah Mada itu sebenarnya sangat lemah. Sosok yang sekarang ini muncul sebagai gambaran Gadjah Mada sebenarnya hanyalah salah satu bentuk tembikar yang kebetulan ditemukan di trowulan, bekas ibukota Majapahit sekarang ini.
Sosok Gadjah Mada sekarang ini pertama kali dikemukakan oleh Muhammad Yamin di awal kemerdekaan Indonesia. Tujuan dari dikeluarkannya pernyataan ini sebenarnya sangat mudah. Indonesia masih sangat muda dan harus mempunyai sosok idola yang dianggap mampu merepresentasikan persatuan bangsa di kala itu. Maka sosok Gajah Mada dianggap cocok untuk menggambarkan bagaimana sebuah bangsa yang baru dahulu pernah juga bersatu dan mempunyai kejayaan yang gilang gemilang.
Sedikit sulit untuk menentukan bagaimana bentuk yang sesungguhnya dari Gajah Mada. Catatan menggenai kehidupan beliau saja tidak lengkap. Bahkan, catatan mengenai tempat kelahiran sang Mahapatih dan juga makamnya tidak pernah dapat dijelaskan. Entah karena catatan mengenai kehidupannya tidak pernah ada, atau memang sengaja dihilangkan.
3. Majapahit Adalah Kesultanan?
Sekarang banyak sekali beredar isu yang mengatakan bahwa Majapahit sebenarnya adalah kesultanan. Ia diperintah oleh raja-raja yang telah memeluk Islam dan bahkan Maha Patihnya sendiri adalah seorang muslim. “Gajah Madah, disebutkan adalah seorang muslim dan nama sesungguhnya adalah Hajj Ahmada atau Haji Ahmad???” Tentu saja pendapat ini diperbolehkan saja untuk membuat sebuah hipotesis, namun sayang sekali bahwa bukti yang mendukungnya sangatlah amat minim.
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang maju di bidang perdagangan. Ibukotanya dikunjungi oleh berbagai macam suku bangsa dari berbagai tempat dan juga kepercayaan. Pedagang-pedagang dari China, India, dan Arab berkunjung ke seantero wilayah Majapahit dan membawa pengaruhnya masing-masing. Tidak heran bahwa banyak sekali peninggalan mereka yang tersisa yang bertahun tanggal sama dengan masa puncak Majapahit.
“Majapahit menggunakan koin emas bertuliskan arab.” Memang koin Majapahit yang kemungkinan bertuliskan arab ditemukan, namun tidak lantas membuat Majapahit menjadi sebuah negara muslim atau bahkan kesultanan. Majapahit mungkin menggunakan beberapa jenis mata uang. Barangkali mirip dengan negara-negara modern pada saat ini, dimana sebuah negara dapat menggunakan beberapa jenis mata uang untuk kegiatan perniagaan mareka.
4. Trowulan Adalah Kota Metropolitan
Trowulan, ibukota Majapahit adalah sebuah kota yang sangat maju pada jamannya. Bisa dikatakan bahwa kota itu merupakan kota terbesar di Indonesia pada jamannya. Luasnya mencapai 20 kilometer persegi, itupun berdasarkan beberapa temuan terakhir sekarang ini dan kemungkinan besar masih dapat bertambah luas lagi. Di perbatasan trowulan terdapat beberapa candi seperti Candi Siti Inggil, Candi Menak Jinggo, Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Kedaton dan masih banyak lagi.
Pembagian wilayahnyapun terbilang unik dan menarik. Setiap wilayah berbentuk persegi empat dengan fungsinya masing-masing. Terdapat wilayah yang berfungsi sebagai pemukiman elit, terdapat pula wilayah yang untuk kelas menengah dan seterusnya. Terdapat pula wilayah-wilayah yang khusus dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan. Terdapat pula istana raja dan beberapa pusat pemerintahan lain di bagian pusat ibu kota. Kelebihan dari Trowulan adalah, hampir di setiap bagian kota dipisahkan oleh kanal-kanal.
Terdapat beragam suku bangsa yang tinggal di Trowulan. Jawa adalah yang paling dominan sebagai tuan rumah. Terdapat juga etnis arab dan china yang rata-rata datang sebagai pedagang. Para pendatang dari India juga ada untuk selain berdagang juga melakukan interaksi keagamaan. Orang-orang dari nusantara (wilayah majapahit di luar pulau jawa – aliansi majapahit) juga datang sebagai wakil diplomatik, sekedar menimba ilmu atau melakukan interaksi perdagangan.
5. Sistem Kanal Ibukota Majapahit Sangat Modern
Pada sub bagian sebelumnya telah dibahas bahwa Trowulan adalah sebuah kota metropolitan raksasa yang dibangun dengan kanal-kanal menggelilinginya. Barangkali apabila kita bisa hidup di masa itu, maka kita dapat melihat keindahan kota yang kuno yang dibangun dari bata-bata merah. Di mana kanal-kanal menghiasi sudut-sudut kota dan barangkali pepohonan yang rindang menjadi peneduh kota.
Kanal-kanal di Trowulan berjumlah dua belas buah (dari catatan penemuan terakhir). Lima buah kanal membentang dari utara ke selatan sementara tujuh buah lainnya membentang dari barat ke timur. Bekas-bekas kanal itu masih terlihat sampai sekarang, namun sebagian telah melebar menjadi pemukiman dan sawah-sawah modern.
Fungsi kanal-kanal ini selain sebagai irigasi dan memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga sebagai sarana untuk melakukan perdagangan. Kanal-kanal di Trowulan yang lebarnya mencapai 5-10 meter ini kemungkinan besar juga berfungsi sebagai dermaga perdagangan atau setidaknya sebagai tempat transit bahan-bahan produksi.
Sumber ::
- Majalah National Geographic edisi September 2012
- Buku Nasionalisme Gadjah Mada
- Buku Tata Negara Majapahit
Saya pernah mendengar sejarah dari kerajaan malikussaleh. Malikussaleh atau malik saleh (umat yang saleh) adalah nama panggilan seorang pemimpin islam saat itu di aceh utara seperti lhokseumawe. Saat saya beziarah ke makam malikussaleh ada seorang kakek yang bercerita mengisahkan suatu sejarah raja malikussaleh ini. Kakek ini juga sudah banyak mendapat penghargaan seperti mempresentasikan sejarah aceh di malaysia.
Dia pernah berkata saat itu “Untuk membuktikan adanya kerajaan islam di era masa lalu sangatlah sulit. Karena bangunan dan bentengnya masih terbuat kayu-kayu melainkan kerajaan hindu seperti gajah mada yang bangunannya terbuat dari batu-batu.”. Lalu kakek itu pernah juga bercerita sangat panjang kepada saya mengenai Gajah Mada. Gajah Mada saat itu ingin menyerang kerajaan islam terutama di wilayah aceh. Dia membawa sangat banyak sekali tentara dengan kapal layarnya. Jumalahnya saya kurang ingat. Karena 2 tahun lalu saya mengunjung ke situ dengan studi kuliah saat itu. Pokoknya jumlahnya lebih banyak dari pada tentara islam saat itu.
Gajah Mada dan tentaranya saat itu tidak memakai sandal. Karena Gajah Mada dan tentaranya kebal terhadap tusukan seperti pedang maupun busur panah. Maka syarat kebalnya harus tetap dengan menyentuh tanah. Namun umat islam yang di aceh saat itu mempunyai taktik. Saya tidak ingat siapa yang mengeluarkan ide itu. Taktinya membuat Gajah Mada dan tentaranya menyebar. Lalu sebelumnya membuat perangkap gantung. Ketika Gajah Mada tergantung diatas pohon maka saat itu kepala gajah mada putus. Dan akhirnya kekebalan tentaranya tidak berlaku lagi. Saat itulah tentara Gajah Mada lari ketakutan.
Makanya kata kakek itu islam dengan cepat menguasai pulau-pulau nusantara dengan cepat. Kakek itu juga pernah menunjuk lokasi makam Gajah Mada yang terpenggal kepalanya. Namun saat itu kami tidak bisa pergi kesana karena kami saat itu masih banyak kunjungan dengan dosen. Tapi saya tidak membenarkan juga sejarah ini. Saya lebih suka menerima dan mengambil pelajarannya bahwa setiap yang kebal pasti akan mati juga kecuali Allah.
Anda kalau mau meneliti kasus ini juga bisa datang ke makam malikussaleh. Di sana orang-orang dulu tingi-tinggi sekali. Kakek itu sejarahwan malikussaleh di sana. Jika anda adalah seorang sejarahwan anda bisa datang kesana melakukan riset yang mendalam. Karena banyak sekali nama-nama orang dulu dan asal muasal kota-kota di aceh kakek itu sebutkan ke saya.
Saya juga suka sejarah seperti sejarah hannibal, revolusi francis, nabi-nabi, attila, dan juga yang lainnya. Semoga bisa membantu anda.
Kalau tidak salah saat Gajah Mada sudah tergantung lalu umat islam saat itu menggorok kepalanya. Setelah itu Kepalanya di pertunjukkan ke pasukan Gajah Mada. Mereka tentara Gajah yang lagi berperang tiba-tiba sontak lari ketakutan. Mereka sadar kekebalan mereka sudah hilang.
Apakah pernah ada yang membahas ini secara mendalam, mungkin bukan dalam artian kesaktian pasukan majapahit yang anti panah dsb? Kalau bagian kesaktian dsb itu saya agak ragu. Tapi dalam artian yang Gajah Mada mati waktu mencoba menaklukan Aceh. Soalnya setahu saya, kerajaan tua yang cukup besar di Aceh adalah Samudra Pasai. Dan memang kerajaan itu nantinya ditaklukan oleh Majapahit. Namun Gadjah Mada masih hidup selepas penaklukannya di sana.