God Complex Bagi Para Gamer

Bermain game adalah sebuah kegiatan menarik bagi siapa saja. Permainan, akan membuat orang melupakan sejenak hiruk pikuk kegiatan yang melelahkan di dunia nyatanya. Bukan hanya anak-anak, bermain game juga sangat digemari oleh orang-orang dewasa. Apalagi sekarang banyak sekali bermunculan genre game yang memang ditujukan untuk dimainkan para orang dewasa (bukan berarti yang berifat konten dewasa dan pornografi).

Bolshoi

Alam Semesta Dalam Simulasi NASA

Game mempunyai banyak sekali jenis, dari mulai yang paling simple berupa permainan papan seperti catur dan halma, hingga game strategy yang mempunyai banyak sekali pertimbangan ketika memainkannya. Namun satu yang pasti, bermain game akan membuat seseorang mempunyai sebuah dunia yang baru, entah di dunia itu dia akan berperan sebagai seorang penyihir, tentara, petani, gubernur, jendral, atau bahkan presiden. Namun, ada sebuah kecenderungan persepsi lain ketika seseorang sedang bermain sebuah game. Seseorang kadang mempunyai kecenderungan untuk mengganggap dirinya sebagai Dewa atau Tuhan.

Ketika seseorang bermain game, dan dia seolah-olah dapat merubah jalannya sejarah atau sebuah peristiwa, maka orang tersebut kemungkinan akan merasakan sebuah sensasi bahwa ia mempunyai sebuah kekuatan lebih dibandingkan orang-orang pada umumnya. Pada tahapan tertentu, ini bukanlah sebuah hal yang buruk, bahkan bisa dikatakan justru merupakan sesuatu yang kreatif.

Beberapa ilmuwan sekarang ini sedang mencoba membuat sebuah simulasi alam semesta di NASA. Simulasi itu mencakup bagaimana Big Bang terjadi hingga terbentuknya galaksi seperti yang kita lihat sekarang ini. Namun, simulasi tersebut belum dapat melihat jauh lebih ke dalam, misalnya dalam pembentukan planet, atau bahkan partikel-partikel di dalam planet itu sendiri. Bagaimana jika simulasi semacam ini dapat dilakukan hingga pada level materi yang paling dalam?

Puluhan atau bahkan ratusan tahun dari sekarang, kemampuan komputer akan jauh lebih meningkat daripada sekarang ini. Dan di masa-masa itu, manusia akan mampu melakukan simulasi jauh lebih kompleks dan jauh lebih mendalam daripada sekarang ini. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, pembuatan simulasi-simulasi kompleks tersebut akan menjadi sebuah kegiatan sehari-hari, yang dapat manusia lakukan dari sebuah game.

Kemarin, sebuah tayangan dokumenter membuat saya cukup tertarik untuk melihatnya dan mengikuti alurnya. Dokumenter dengan judul Through The Wormhole ā€“ Is There A Creator? Yang dinarasikan oleh Morgan Freeman itu menceritakan bagaimana sudut pandang manusia tentang Tuhan yang ditilik dari sisi ilmiah. Berbagai pendapat bermunculan, ada yang setuju bahwa Tuhan itu ada, ada pula yang menyanggahnya. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa Tuhan barangkali adalah sesuatu yang unik dan bahkan seringkali di luar nalar kita.

Ada salah satu ilmuwan NASA yang menyebutkan bahwa, bisa saja Tuhan sebenarnya adalah seorang atau sesuatu yang menyimulasikan kehidupan kita. Alam semesta, dan seluruh perihal yang kita ketahui sekarang ini tidak lebih dari sebuah simulasi raksasa dalam skala kosmik. Di sini, saya bukan berarti setuju dengan pendapat dia, karena memang pendapat itu hanyalah sebuah hipotesis yang tidak selalu benar, tapi bisa saja hal itu dipertimbangkan sebagai sebuah pemikiran.

Puluhan atau ratusan tahun kedepan, manusia akan mempunyai teknologi yang cukup untuk melakukan sebuah komputasi skala raksasa. Dan bisa saja ada sebuah simulasi yang kita lakukan untuk, menyimulasikan kehidupan kita sendiri. Kehidupan dari awal alam semesta kita muncul sampai pada masa di mana alam semesta akan musnah suatu saat nanti. Semua kemungkinan tersebut dapat saja terjadi, dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa kita sebenarnya ada di dalam sebuah simulasi semacam itu. Sebuah simulasi kehidupan raksasa yang diciptakan oleh manusia di masa mendatang.

Sekali lagi, opini di atas hanyalah sebatas dari opini. Namun, sebagian orang pasti akan sangat suka memainkan sebuah simulasi di mana ia dapat bertindak sebagai Tuhan. Menciptakan kehidupan harmonis warga kota di SIM CITY, menciptakan kehidupan keluarga yang baik di THE SIM, merubah sejarah di EUROPA UNIVERSALIS, atau memenangkan Perang Dunia di HEARTS OF IRON. Di dalam game itu, kita bertindak layaknya penguasa yang mampu memegang nasib dari orang lain.

Sekali lagi, bahasan di atas hanyalah sebatas opini. Bisa saja opini-opini diatas adalah salah dan oleh sebab itu, semua hanya patut digaris bawahi dalam skala pendapat. Manusia barangkali tidak akan mencapai level dimana kita dapat berperan menjadi Tuhan bahkan untuk sebuah simulasi sederhana sekalipun. Barangkali juga peradaban kita tidak akan punya cukup waktu untuk melakukan itu di masa yang akan datang.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.