Konigstiger atau Bengal Tiger (namun lebih sering disalah artikan sebagai King Tiger karena Koenigs = Royal) adalah salah satu jenis tank berat (Heavy Tank) terakhir yang digunakakan Jerman selama Perang Dunia Ke 2. Konigstiger adalah varian jenis kedua Tank Tiger yang terkenal sangat ampuh di berbagai medan pertempuran. Tank ini dibuat untuk menandingi superioritas pasukan sekutu yang terus-menerus mendesak Jerman bahkan hingga ke batas negerinya sendiri. Terutama untuk menandingi varian Tank T-34 Uni Soviet dan Tank Sherman Amerika Serikat. Konigstiger dirancang oleh Henschel & Son / Krupp pada tahun 1943 dan mulai beroperasi pada akhir tahun 1944.
Kekuatan udara Jerman di akhir Perang Dunia ke 2 telah begitu mengkhawatirkan. Di dalam perang modern seperti Perang Dunia Ke 2, kekuatan udara sangatlah vital untuk menjaga keutuhan pasukan darat, dan juga berguna untuk menghancurkan target-target musuh. Selain itu, bahan baku yang dipunyai Jerman untuk membuat kekuatan mesin perangnyapun kian lama kian menipis. Blokade Inggris membuat Jerman kesulitan untuk mendapatkan pasokan baja untuk membuat mesin-mesin perang mereka. Meskipun sumber baja mereka sebenarnya dekat, yaitu di negara Swedia dan Skandinavia lainnya. Karena itulah dibutuhkan sebuah alat tempur yang handal, kuat dan dengan jumlah sedikit dapat menghancurkan kekuatan lapis baja musuh yang jauh lebih banyak, Tank Tiger adalah jawabannya.
Tank Tiger selama kemunculan awalnya di tahun 1942 telah menjadi momok tersendiri di medan perang Front Timur. T-34, tank andalah Uni Soviet, sama sekali tidak mampu menjebol pertahanan lapis baja Tiger. Sebaliknya, meriam kaliber 88mm Tiger dapat menghancurkan T-34 dengan begitu mudah. Satu Tank Tiger rata-rata dapat menghancurkan 10 – 20 T-34 selama masa tugasnya. Kekuatan semacam itu telah membuat Tank Tiger menjadi sebuah legenda.
Namun keunggulan Tank Tiger rupanya tidak mampu mengubah jalannya peperangan. Jerman tetap terdesak di Front Timur. Hal tersebut disebabkan karena jumlah Tank Tiger tidak banyak. Tank yang luar biasa itu rupanya terlalu sulit untuk dibuat, sehingga jumlah produksinya hingga akhir perang hanyalah sekitar 1300 buah. Jauh berbeda dengan T-34 yang berjumlah 35.000 atau Tank Sherman Amerika yang berjumlah 25.000. Pilihan Jerman hanya ada dua, pertama memproduksi tank jenis baru yang lebih ringan dan dapat diproduksi masal, atau memproduksi tank yang bahkan jauh lebih rumit dan sulit lagi namun mempunyai kekuatan yang besar.
Pilihan pertama sepertinya terlalu mengada-ada menggingat Jerman semakin kekurangan sumber daya alam. Karena itulah mereka memilih pilihan yang kedua. Terlebih lagi hal itu sangat cocok dengan kebiasaan nasional Jerman yang memang menjunjung tinggi kesempurnaan dan kualitas. Lihat saja mobil-mobil produksi Jerman sekarang ini yang terkenal awet dan tangguh.
Karena itulah muncul rancangan Tank Konigstiger, King Tiger yang sebenarnya mempunyai kode militer Panzerkampfwagen Tiger Ausf. B. Tank ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan pendahulunya. Ketebalan lapis bajanya berkisar dari 20mm – 180mm jauh lebih tebal dari Tiger I yang maksimal hanya setebal 120mm. Bobotnya 58ton, lebih berat 10 ton dari pendahulunya namun dengan kecepatan jelajah yang jauh lebih hebat yaitu sekita 41km/jam.
Debut Konigstiger sebenarnya terjadi pada waktu pendaratan Sekutu Juli 1944 di Normandia, Perancis Utara. Namun penggunaan tank-tank ini belumlah dilakukan dengan luas. Baru pada saat Battle of Bulge pada Desember 1944 Konigstiger dioperasikan secara penuh. Dan ketika awal kemunculannya, Tank Tiger telah menjadi momok yang menakutkan bagi sekutu. Mereka bahkan menamakannya sebagai Terror Tiger karena efek yang ditimbulkan berkat kemunculan tank ini.
Ketakutan sekutu dengan kemunculan Tank Tiger sebenarnya lebih merupakan isapan jempol daripada sebuah kenyataan. Tank Konigstiger meskipun hebat namun tak berdaya jika harus berhadapan dengan bom-bom pesawat pasukan sekutu. Konsumsi bahan bakar mereka juga boros, sedangkan cadangan Jerman untuk bahan bakar sangatlah tipis. Peiper, salah seorang komandan tank Jerman yang terkemuka bahkan meledakan sendiri tanknya daripada harus jatuh ke tangan musuh ketika bahan bakarnya habis.
Fakta bahwa Jerman kalah di Ardennes (Battle of Bulge) di dalam Desember 1944 – Januari 1945 tidak dapat dipungkiri. Kesalahan terbesar Jerman adalah masalah strategi. Tank Konigstiger tidak dirancang untuk bertempur di wilayah pegunungan yang sangat sulit untuk bermanuver seperti di Ardennes. Ia dirancang untuk bertempur di Front Timur yang luas atau di wilayah Perancis yang datar. Kesalahan berikutnya adalah keterlambatan produksi Konigstiger dan beberapa varian Tiger lainnya. Andai Tank ini dapat diproduksi dalam jumlah yang tepat dan waktu yang singkat, maka keruntuhan Front Timur dan Barat Jerman dapat dicegah, atau setidaknya dapat ditunda hingga beberapa bulan lamanya.
Keterlambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekurangan sumber daya manusia sebagai pekerja, kurangnya sumber daya alam khususnya baja, dan gangguan pengeboman yang dilakukan oleh sekutu terhadap pusat-pusat industri Jerman di Ruhr. Oleh karena itulah, meskipun mempunyai keunggulan luar biasa di sisi teknis, namun Tank Konigstiger tetaplah menjadi pahlawan kesiangan bagi Jerman. Ia tidak mampu menyelamatkan situasi Jerman yang memang sudah kepalang tanggung. Hingga Jerman menyerah pada April 1945, Konigstiger tidak mempunyai banyak andil di medan perang. Sungguh sangat disayangkan jika sebuah masterpiece seperti ini hanya berujung pada besi rongsokan yang tak berguna.