Gagasan bumi datar atau flat earth akhir-akhir ini sedang naik daun. Hampir di setiap sudut sosial media maupun berbagai tulisan di blog, orang menyatakan bahwa teori tersebut adalah benar. Sebagian dari mereka mencoba mencari-cari celah dari ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Sebagian lagi menghubungkan gagasan flat earth dengan kepercayaan atau hal yang tertulis di dalam kitab-kitab.
Di era informasi sekarang ini, orang tentu punya hak untuk mengutarakan opini dan gagasan secara bebas. Hanya saja opini yang disangkut pautkan dengan fakta tentu akan mempunyai konsekuensi. Tidak terkecuali dengan teori flat earth ini yang tentu akan berbenturan langsung dengan sains yang berkembang secara umum sekarang ini.
Orang yang percaya dengan teori flat earth berargumen jika sains yang ada sekarang ini adalah palsu dan dibuat untuk memenuhi kepentingan sebagian golongan saja. Sebagai contoh, NASA membentuk proyek bernilai milyaran dollar untuk satelit dan perjalanan ke bulan. Para penganut flat earth percaya bahwa proyek NASA itu hanya palsu dan kedok pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan senjata rahasia. Contoh argumen-argumen lain begitu banyak, dan mungkin akan saya bahas dalam posting lain. Namun yang pasti, argumen tersebut mencoba untuk menyanggah konsep ilmu pengetahuan yang sudah berdiri sekarang ini.
Lalu apakah menyanggah konsep ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini adalah sebuah hal yang fatal?
Jawabannya tentu saja iya, ilmu pengetahuan atau sains dibentuk dengan cara sistematis, terukur, dan dalam proses yang cukup lama. Sains adalah kumpulan dari percobaan, eksperimen, hipotesis yang dibangun selama kalau tidak ratusan ya ribuan tahun lamanya. Pengetahuan kita tentang astronomi misalnya, diperoleh dari pengamatan ribuan orang dan dalam rentang waktu yang begitu lama. Sampai kita mendapatkan data yang akurat dan analisis yang tepat. Dan dari sanalah kita dapat mengetahui bahwa bumi berbentuk seperti apa, mengelilingi apa, berada di mana, dan terbentuk dari apa.
Menghilangkan kerangka berfikir yang kritis dan sistematis semacam itu akan membuat manusia mundur dari peradaban sekarang. Sains memang tidaklah sempurna, ia belum dapat menjelaskan seluruh aspek alam semesta seperti mengapa alam semesta sendiri itu ada. Namun setidaknya setiap orang dapat memperoleh data yang melimpah yang telah disediakan peneliti, mengolahnya, dan menjadi bagian dari penelitian alam semesta itu sendiri. Menemukan masalah atau fakta yang ada di alam semesta dan mencari jawaban dari fakta atau permasalahan itu.
Singkat kata, ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini berusaha mencari hubungan antara sebab dan akibat. Mengapa ada bumi, bagaimana bumi itu terbentuk, mengapa ia mengelilingi matahari, apa yang menyebabkan manusia ada di bumi, mengapa benda di bumi tidak terbang ke angkasa, dan lain sebagainya? Jika ada akibat, pasti ada sebab, begitu pula sebaliknya. Hubungan kausatif ini berusaha dicari jawabannya secara ilmiah dengan hati-hati dan seksama. Mencari data yang seakurat mungkin, dan mencoba mencari jawaban yang sedekat mungkin dengan kebenaran.
Mengapa para ilmuwan cenderung mengesampingkan teori bumi datar meskipun para pendukungnya selalu mengedepankan banyak fakta tentangnya? Karena sebagian besar fakta tersebut tidaklah kausatif dan tidak relatif. Fakta-fakta tersebut cenderung untuk terpisah satu sama lain dan tidak mempunyai hubungan sama sekali. Misalnya saja, pendukung flat earth menyatakan bahwa bumi itu adalah lempeng yang dibatasi oleh es. Buktinya, tidak ada penerbangan yang pernah melintasi kutub selatan. Saya sendiri tidak pernah ke kutub selatan namun saya membayangkan penerbangan melewati kutub selatan adalah sesuatu yang berbahaya. Melewati es sepanjang ribuan kilometer tanpa ada bandara yang bisa di darati ketika ada kondisi darurat yang genting adalah hal yang sulit. Untuk itu jarang ada penerbangan yang melewati antartika walaupun ada beberapa penerbangan untuk tujuan penelitian. Perbangan akan lebih melewati daerah dekat pantai atau daerah yang mempunyai landasan pacu untuk keadaan darurat. Itu lebih aman dan lebih ekonomis dibandingkan dengan melewati kutub selatan yang dingin.
Pendukung teori flat earth juga cenderung untuk “menggampangkan” segala fenomena alam yang ada di sekitarnya. Tidak ada penjelasan secara runtut mengapa bumi kita ini berbentuk lempeng, tidak bulat seperti planet lain. Atau mungkin bahkan para penganut flat earth mengesampingkan fakta bahwa terdapat milyaran planet lain di galaksi bima sakti ini saja. Ini juga salah satu yang membuat ilmuwan atau setidaknya orang yang paham tentang ilmu pengetahuan menolak teori flat earth. Sains itu adalah universal, tidak ada “obyek” yang istimewa di dalam sains. Semua tunduk pada satu hukum yang sama, satu persamaan matematika yang sama. Persamaan matematika di bumi dan di mars tentang gravitasi misalnya, haruslah sama dan menghasilkan hasil yang sama. Jika tidak maka persamaan itu adalah salah dan harus dicari kembali. Hal semacam ini tidak pernah ditemukan di dalam teori flat earth, karena di sana terlalu banyak hal yang disebut dengan embel-embel “pokoknya seperti ini.” Titik, dan tidak ada kelanjutannya.
Jika memang para pendukung teori flat earth bersikeras bahwa teori mereka benar. Tolong cobalah untuk mencari data yang akurat mengenai teori anda, jelaskan secara terstruktur, dan kembangkan teori ilmiah berdasarkan data yang ada. Alam semesta ini bekerja dengan cara yang terstruktur. Memang ada randomitas di level quantum dan para ilmuwan sedang berusaha keras mencari apa itu randomitas quantum. Namun itu adalah pembahasan di posting lain. Atau mungkin flat earth mampu menjelaskan mengapa fisika quantum itu begitu aneh? Jika saja bisa, tentu saja ini adalah terobosan yang luar biasa. Akan tetapi jika tidak, dan bahkan para pendukung flat earth tidak mampu menjelaskan teori ini secara terstruktur dalam level yang basic saja seperti ilmu pengetahuan yang pada umumnya sekarang ini, itu berarti flat earth hanya sebatas karangan saja. Sebuah karangan yang bahkan tidak layak disebut sebagai sebuah teori.