Teori Flat Earth sedang hangat-hangatnya dibicarakan di Indonesia. Penyebabnya adalah sebuah diskusi di forum dunia maya dan video-video di youtube. Argumen-argumen dilontarkan dan teori umum yang menyatakan bahwa bumi itu bulat dibantah mentah-mentah. Para penganut teori itu mengatakan bahwa apa yang mereka yakini adalah fakta ilmiah. Walaupun mereka harus berhadapan dengan orang-orang dengan kecerdasan paling tinggi di dunia dan teori fisik yang telah matang. Mengapa mereka begitu militan dan kukuh memegang bahwa teori yang mereka yakini itu valid?
Berkebalikan dengan para penganut flat earth, manusia telah lama percaya bahwa bumi itu bulat. Pernyataan bahwa Colombus diawal penjelajahan Amerika yang menentang ratu Isabela dengan kepercayaan bumi datarnya adalah sebuah omong kosong belaka. Manusia pada waktu itu sudah percaya bahwa bumi itu bukanlah seperti lempengan perisai. Yang menjadi perdebatan adalah, berapa besar bumi itu sebenarnya. Bahkan beberapa ilmuwan di belahan bumi lain seperti Arab, India, dan China sudah membangun model tata surya dengan keterbatasan pengamatan dan penemuan mereka masing-masing.
Memang terdapat beberapa filusuf Yunani kuno yang percaya bahwa bumi itu datar. Namun seiring dengan perjalanan waktu, pandangan dan penemuan membuat pemikiran masyarakat Yunani kuno berubah. Phytagoras misalnya disebutkan dalam beberapa tulisan bahwa ia percaya bumi itu bulat. Beberapa artifak bahkan menunjukan kalau ia mengukur tingkat kelengkungan bumi dan diameternya.
Pemikiran bumi datar di era modern baru muncul di abad ke 19. Sejak itu, pemikiran bumi itu datar terus meluas ke seantero dunia lewat jurnal, majalah, dan sekarang internet. Meskipun perkembangan sains dan teknologi, serta dunia penerbangan dan bahkan antariks, namun para penganut flat earth terus bersikukuh bahwa pandangan mereka adalah yang paling benar. Sains, teknologi, dan astronomi mereka anggap sebagai hoax semata, atau lebih konyolnya, hanya sebatas konspirasi dari kalangan tertentu.
Mengapa para penganut flat earth terus berkeras kepala meskupun banyak sekali bukti yang mampu meruntuhkan argumen mereka?
Menjadi sebuah group yang unik, elit, atau esklusif memang menarik bagi sebagian besar manusia. Menjadi seorang yang terpilih diantara orang-orang lain adalah ilusi yang begitu memabukan. Dan barangkali pandangan inilah yang dianut oleh sebagian besar orang yang percaya pada flat earth. Mereka merasa bahwa merekalah yang benar diantara orang-orang lain. Mereka merasa bahwa orang-orang yang percaya kepada sains pada umumnya itu salah. Dan hanya kelompok merekalah yang benar.
Ekslusivisme seperti itu muncul di berbagai hal, salah satunya di dalam kepercayaan beragama. Pemikiran-pemikiran radikal seperti halnya orang yang percaya teori bumi itu bulat juga adalah kawanan yang mencoba keluar dari zona normalisme berpikir. Mereka merasa bahwa kepercayaan beragama pada umumnya tidaklah lagi menarik. Dan sesuatu yang jauh lebih ekstrim membawa kepuasan tersendiri dalam pemikiran. Lucu jika dipikir, namun seperti itulah kenyataan yang terjadi di lapangan.
Di setiap masa dan di setiap tempat, ekslusivisme berpikir memang selalu terjadi. Tidak salah sebenarnya, jika saja tempatnya tepat. Sebagai contoh, beberapa pemikir terdahulu mencoba mendobrak dogma-dogma lama yang ada di masyarakat. Jika saja mereka tidak melaukan hal itu, mungkin kita masih hidup di jaman kegelapan.
Teori mudah menyebar karena pada zaman ini sudah ada internet, youtube dan lainnnya sehingga masyarakat dengan mudah dan banyak yang percaya dengan teori tersebut tanpa di ketshui kebenarannya.
Teori ini cepat menyebar karena zaman ini sudah ada internet, youtube dan lainnya sehingga masyarakat dengan cepat mengetahui dan percaya pada teori ini tsnpa diketahui kebenarannya.