Konsep Multiverse dan Pararel Universe merupakan sebuah konsep yang menarik karena dalam konsep tersebut menyebutkan bahwa alam semesta ini tidak hanya satu, melainkan banyak. Banyak orang yang menentang dua konsep tersebut, sebuah kejadian yang sangat mirip dengan penolakan orang yang percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan tidak mungkin ada planet lain di luar bumi. Meskipun sama, namun Multiverse dan Pararel Universe mempunyai dua buah perbedaan yang mendasar. Multiverse hanya menyebutkan bahwa terdapat alam semesta lain di luar alam semesta kita, tanpa menyebutkan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan alam semesta yang berbentuk mirip atau menyerupai dengan alam semesta kita. Sedangkan Pararel Universe lebih mengedepankan tentang adanya alam semesta lain yang mirip dengan alam semesta yang ada pada kita. Bahkan, dalam teori tersebut memungkinkan adanya versi-versi lain dari diri kita dengan jalan hidup yang sedikit atau banyak berbeda.
Secara nalar, kedua konsep tersebut sama-sama dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Namun, saya sendiri sebagai seorang amatir tidak terlalu suka dengan konsep Pararel Universe dan condong kepada konsep Multiverse saja. Di luar sana, barangkali terdapat ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan alam semesta lain. Namun, masing-masing dari alam semesta itu berbentuk unik dan mempunyai ciri khas mereka masing-masing. Jika satu atau dua alam semesta mempunyai kemiripan, itu lebih disebabkan karena kebetulan.
Analoginya seperti ini, di dunia ini ada milyaran manusia. Satu dan lain mempunyai bentuk yang mungkin hampir sama, namun tetap saja tiap individu itu unik dan mempunyai pembeda. Hal tersebut terjadi di setiap bentuk kehidupan, maupun di setiap bentuk benda. Setiap benda dan makhluk hidup barangkali mempunyai unsur penyusun yang sama, namun mereka tetap mempunyai keunikan masing-masing. Saya mempunyai pikiran (walaupun hanya sebatas pikiran) bahwa jika ada alam semesta lain, maka bentuk dan keadaannya unik, tidak ada yang persis sama antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tidak ada konsep diri kita yang berada di alam semesta lain. Dan, alam semesta di luar alam semesta kita mempunyai keterbatasan dalam segi jumlah. Karena ada sebuah tempat dan waktu (yang walaupun konsepnya cukup berbeda dengan ruang dan waktu yang ada di dalam alam semesta kita), tempat dan waktu itu membatasi jumlah alam semesta – alam semesta lain di luar alam semesta kita.
Memang apa yang coba saya utarakan di sini tidak mempunyai bukti. Namun, begitu juga dengan konsep pararel universe yang selama ini berkembang dengan luas. Ada yang mengatakan juga jika dejavu merupakan ketersinggungan antara dunia kita dengan sebuah dunia pararel, namun cukup aneh jika kita membayangkan bahwa ada suatu tempat (riil) yang mempunyai jumlah hampir tak terbatas/ tak terhingga. Dahulu, dalam euforia science, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa alam semesta itu sendiri tidaklah terbatas, namun bukan begitu cara alam bekerja. Semua pasti mempunyai batasnya. Dan, sekarang kita mempunyai bukti yang cukup kuat untuk percaya bahwa alam semesta kita sendiri mempunyai batasannya. Batasan dari segi luas maupun batasan dari segi usia.
Jika memang segala hal di alam semesata kita (di dalam alam semesta mempunyai batasan). Maka, kemungkinan besar semua di luar alam semesta kita juga mempunyai batasan. Meskipun mereka hadir dalam jumlah yang nyaris tak terhitung oleh matematika, namun tetap saja terdapat sebuah titik batasan. Kalaupun memang pararel universe itu ada, dan ada versi-versi dari diri kita yang muncul di sana, itu adalah sebuah konsekuensi dari hitungan random, bukan karena konsekuensi logis adanya multiverse. Memang sedikit sulit untuk membuang persamaan atau setidaknya kemiripan dari multiverse dan pararel universe. Namun bagiku, keduanya mempunyai aliran perspektif yang berbeda. Mungkin saja pendapatku ini salah, dan itu wajar karena manusia memang mempunyai keterbatasan dalam berandai-andai dan berpemikiran. Sebuah konsekuensi random dari jaringan-jaringan syaraf yang ada di kepala kita.