Pernahkah anda naik motor untuk membeli barang di toserba yang jaraknya tidak lebih dari 500m? Atau ke rumah tetangga yang hanya berjarak sekian gang juga dengan menggunakan sepeda motor? Jika ya, berarti anda termasuk di dalam jutaan manusia Indonesia yang terserang penyakit malas jalan. Jalan sebenarnya penting dan berguna bagi kesehatan tubuh, dengan berjalan kaki 30 – 45 menit sehari saja resiko penyakit jantung dan stroke akan turun hingga 50%.
Kemalasan orang Indonesia untuk berjalan kaki sebenarnya bukan 100% kesalahan dari Individu itu sendiri. Lingkungan dan policy membuat kita secara tidak sadar merubah pola hidup yang sebenarnya baik. Berikut adalah beberapa rangkuman yang menurut pengamatan saya adalah alasan-alasan orang Indonesia malas untuk berjalan kaki:
Panas – Indonesia adalah negara tropis yang sangat amat panas di siang hari. Sehingga orang menjadi malas untuk berpergian di bawah sinar matahari yang terik atau mereka memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi yang bebas dari hawa menyengat. Sebenarnya masalah ini dapat diatasi dengan memberikan ruang yang cukup untuk penghijauan. Seperti yang dapat kita lihat di negara tetangga kita Singapura. Pinggir2 jalan utama ditanami pepohonan yang cukup dan taman sehingga panasnya udara kota di siang hari tidak terlalu terasa.
Trotoar yang buruk – Trotoar di Indonesia sebagian besar hanya berfungsi sebagai penutup got! Ya, penutup got. Bentuknya kecil dan seringkali bau sekali. Sangat tidak manusiawi untuk digunakan para pejalan kaki. Lubang ada di sana-sini, membuat orang harus melompat-lompat seperti main Mario Bros. Trotoar rusak ini bahkan menjadi fenomena mainstream di jalanan pusat ibukota negara. Saya sendiri bekerja di daerah Surdirman dan di sana trotoar bolong ada di mana-mana. Sebenarnya masalah ini sangat memalukan, menggingat banyak sekali ekspat yang juga menggunakan fasilitas itu.
Akses pejalan kaki yang susah – selain trotoar yang buruk, rute bagi pejalan kaki terkesan kacau dan tidak jelas. Pejalan kaki di Indonesia seolah-olah adalah warga negara nomor dua! Pemerintah baik kota maupun pusat sepertinya tidak mempunyai plan yang jelas bagi para pejalan kaki untuk menikmati kota-kota di Indonesia. Berbeda sekali dengan di Singapura atau Jepang. Di sana, bahkan ada jalan-jalan khusus yang dibuat untuk pejalan kaki, motor dan mobil tidak boleh lewat. Taman-taman dibangun di dekat pusat transportasi atau keramaian agar orang dapat beristirahat setelah perjalanan mereka yang melelahkan. Ini tentu saja memanjakan sekali bagai orang-orang yang terbiasa untuk berpergian tanpa kendaraan bermotor.
Angkutan umum yang kacau dan tidak terintegrasi – saya tidak mau jauh-jauh mencontohkan, cukup dengan apa yang saya alami setiap hari di Ibukota yang relatif paling baik moda transportasi umumnya. Di sini, terdapat berbagai macam pilihan seperti KRL, TransJ, atau tradisional (kopaja dan angkot). Namun alat transportasi itu terkesan berdiri sendiri2. Orang keluar dari stasiun KRL di Sudirman, harus berjalan sana-sini untuk menaiki TransJ. Bukan berarti itu buruk berjalan kaki jauh, tapi sebagian besar orang sudah berlelah-lelah untuk berdiri di KRL selama lebih dari setengah jam menuju pusat kota.
Harga kendaraan bermotor yang relatif murah dan mudah didapat – kendaraan bermotor di Indonesia harganya relatif murah. Kalau distandarkan internasional, harganya tidak lebih dari $1000. Itupun dapat diperoleh dengan cara mencicil dengan DP yang sangat rendah. Tentu saja, stimulus seperti itu membuat orang cenderung menggunakan kendaraan bermotor, khususnya roda dua yang sangat memudahkan untuk berpergian jauh.
Surat ijin kendaraan yang mudah didapat – Selain harga kendaraan murah (terutama roda dua), ijin mengemudi juga mudah untuk didapatkan. Maaf bukannya menyinggung institusi tertentu, tapi dengan membayar sekian rupiah, surat ijin mengemudi sudah bisa kita dapatkan. Dan ini sudah menjadi rahasia umum. Kemudahan-kemudahan inilah yang membuat orang akan semakin malas untuk berjalan kaki.