Beberapa ribu tahun yang lalu, sebuah terobosan ditemukan oleh kakek-nenek moyang kita. Sebuah terobosan yang akan mengubah hidup anak cucunya, ke dalam tahap yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mengubah kebiasaan, mengubah tata cara, dan bahkan mengubah gaya berpikir manusia. Orang mulai menuangkan ide-idenya, pemikirannya, dan imajinasinya ke dalam sebuah simbol-simbol yang dipahami bersama sebagai sebuah pakem. Simbol-simbol itu merepresentasikan bunyi sebagai sebuah bahasa. Dan simbol-simbol itulah yang pada akhirnya berevolusi menjadi tulisan seperti yang kita kenal sekarang ini.
Menulis adalah sebuah hal yang istimewa. Tidak diperlukan lagi sebuah penggambaran rumit untuk menceritakan sebuah peristiwa. Orang cukup menggoreskan simbol-simbol tertentu, yang mampu dirangkai menjadi sebuah kata. Dan kata-kata tersebut mampu menceritakan segalanya. Dari mulai perburuan binatang hingga kelahiran putra dewa. Bahasa membuat manusia mampu menuangkan pikirannya, namun tulisan membuat pikiran manusia abadi.
Kita tidak mungkin mengenal pemikiran Plato dan Socrates tanpa adanya tulisan. Begitu pula dengan rincian detail penyerangan Aleksander Agung ke Persia. Obat-obatan dan ramuan yang merevolusi medis modern-pun agaknya sulit untuk ditemukan tanpa adanya tulisan-tulisan para ahli terdahulu. Begitu juga dengan banyak seluk-beluk sejarah manusia. Dan di atas itu, kita tidak mungkin mempunyai agama yang kokoh jika kitab-kitab suci tidak pernah di tuliskan di atas kertas.
Agama modern identik dengan tulisan. Kumpulan sabda ataupun ayat yang kemudian dibukukan menjadi kitab suci. Tanpa adanya tulisan, semua hanya akan berakhir pada pembicaraan mulut ke mulut. Dan tiap kisah akan mempunyai versi mereka masing-masing, dan semakin lama, semakin banyak kisah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Terikis oleh waktu dan banyaknya variasi oral. Membuat keaslian dan kepalsuan tidak mampu lagi dibedakan.
Menulis adalah sebuah seni yang sangat unik. Penggabungan antara keinginan untuk menuangkan seluruh pemikiran ditambah dengan keinginan untuk menyebarkannya. Dorongan untuk berbagi dan mengabadikan pikiran adalah motivasi utama seorang penulis untuk menuangkan isi di kepalanya. Tidak setiap tulisan baik akan dihargai, namun tulisan yang bermanfaat akan lebih mempunyai nilai daripada sebuah literatur yang tak berujung.
Tidak ada manusia yang abadi, namun tidak perlu menjadi abadi untuk mengubah dunia. Seorang cukup menuliskan pikiran-pikiran mereka, entah di atas kertas, di atas batu, maupun di atas perkamen-perkamen. Tulisan dapat mengubah dunia ke arah kiri, kanan, atas maupun bawah. Tergantung dari jenis tulisan apa yang ada. Namun sebuah tulisan terbaikpun kadang dapat disalah artikan menjadi sebuah legitimasi untuk saling benci dan bunuh. Tergantung bagaimana seorang pembaca akan memahami tulisan-tulisan yang ia serap. Menjadikannya pedang atau justru selimut yang mengayomi dunia.