Dahulu saya melihat teori evolusi dengan perasaan tidak enak. Saya selalu mengganggapnya sebagai buah pemikiran para atheis yang menentang Tuhan. Atau juga sebuah legitimasi science untuk menyatakan perang dengan gereja eropa. Konflik antara dogma agama dan pemikiran baru yang mereka sebut sebagai abad pencerahan. Namun, setelah saya pikir-pikir ada sesuatu hal yang menarik. Kita melihat bahwa alam semesta ini tidaklah konstan, ia terus bergerak dan akan terus bergerak. Alam semesta akan terus berubah dan terus berubah.
Perkembangan Alam Semesta Selama 13.7 Milyar Tahun
Saya seorang yang beragama dan saya percaya dengan keberadaan Tuhan. Meskipun begitu, saya yakin bahwa teori evCosmic olusi mewarnai keberadaan kita. Malah, teori itu bisa menjelaskan bagaimana kita bisa ada di dunia ini. Teori evolusi kita tidak berawal dari kera, bukan juga berawal dari hewan bersel satu, namun berawal dari big bang, atau justru jauh sebelumnya.
Apa perbedaan makhluk hidup dengan benda mati? Apakah perbedaan itu hanya sebatas nyawa? Lalu di mana letak nyawa dari bakteri, virus, hewan bersel satu? Apakah mereka juga mempunyai jiwa seperti kita, mamalia, reptil? Pertanyaan-pertanyaan itu kadang terus dan terus berputar di kepala. Pertanyaan yang kadang hanya menimbulkan pertanyaan lain yang lebih besar daripada sebuah jawaban yang pasti.
Kita sebagai manusia mempunyai keterbatasan terhadap alam pikiran, indra, dan pengalaman. Dunia kita terbatas, pun kemampuan kita untuk mengobservasi segalanya sangat dibatasi. Waktu dan ruang sebenarnya lebih sebagai penjara daripada ruang hidup kita. Kita hanyalah makhluk 3 dimensi yang terjebak eksponensial waktu yang berjalan satu arah. Tidak dapat mundur, ke samping, maupun berhenti. Waktu bagi kita terus maju, menggilas, dan kemudian meninggalkan waktu-waktu yang telah lampau.