Review Pelemsewu Cottage Syariah Yogyakarta

Yogyakarta terkenal dengan Malioboro dan Candi Prambanan yang megah. Ia juga terkenal dengan kota pelajar dengan berjubelnya banyak sekali Universitas di dalam satu wilayah yang sempit. Namun mungkin yang tidak terlewatkan ketika berkunjung ke kota tersebut adalah, tempat menginapnya. Ya, selain terkenal dengan budaya-nya, tempat menginap di Yogyakarta juga banyak yang cukup unik dan menarik.

Beberapa waktu lalu, saya sempat menginap di sebuah Cottage yang cukup menarik. Cottage tersebut bernama Pelemsewu lebih tepatnya Pelemsewu Cottage Syariah, terletak di jalan parangtritis. Ukuran Cottage tersebut terbilang tidak terlalu besar, mungkin secara keseleruhan hanya menampung 20-30 kamar. Jadi, ya cukup sepi dan nyaman menurutku. Tidak terlalu crowded dan nyaman untuk liburan keluarga.

Harga per-malam untuk hari biasa sekitar 350-380K, namun karena saya dan keluarga kesana pada waktu libur panjang, maka harganya sedikit diatas itu. Maklum saja, harga hotel di sekitar pusat kota juga melambung tinggi. Harga itu menurutku masih oke, mengingat kita mendapatkan kamar dengan ukuran lumayan besar. Yang jelas lebih dari 24m persegi ukuran kamar normal. Saya tidak yakin ukurannya berapa, mungkin sekitar 36 atau 40m. Kami mendapatkan kamar pool view yang terletak di lantai 2, ada juga kamar-kamar dengan cottage private namun view-nya kami rasa kurang menarik karena hanya bisa melihat cottage lain.

Continue reading →

Review Xiaomi Pocophone F1

Xiaomi Pocophone F1 barangkali adalah salah satu handphone yang paling membuat kehebohan di semester akhir 2018. Dia adalah handphone dengan prosesor Snapdragon 845 paling murah saat ini. Sebagai informasi, prosesor Snapdragon 845 biasanya digunakan oleh handphone flagship kelas atas yang harganya mungkin sekarang mencapai belasan juta atau lebih. Sedangkan Xiaomi Pocophone F1 sendiri dibandrol dengan harga 4,5 hingga 5 jutar rupiah. Harga yang sangat amat jauh lebih murah daripada kompetitornya.

Xiaomi Pocophone F1
Xiaomi Pocophone F1

Saya sendiri mendapatkan Xiaomi Pocophone F1 karena iseng mencoba flash sale di salah satu situs belanja online. Awalnya saya mencoba membeli varian ROM 64GB yang harganya 4,5 juta dan ternyata sold out. Saya baru berhasil di varian 128 yang harganya 4,9 juta di kala itu. Sekarang, harganya rata-rata naik Rp. 100,000 untuk toko-toko resmi.

Spesifikasi Pocophone F1 sendiri terbilang di atas rata-rata untuk harganya. Apalagi dengan benchmark Antutu yang mencapai score 260,000an. Ketika blog ini ditulis, pocophone menempati peringkat ke-8 di score antutu.

Continue reading →

Review Game: Hearts of Iron IV

Hearts of Iron boleh dibilang merupakan seri Game Simulasi Perang Dunia ke 2 yang paling kompleks dan paling realistis. Game ini tidak mengedepankan action seperti kebanyakan game bertema perang dunia lainnya. Game ini lebih mengedepankan penyusunan strategi dan analisa situasi. Mirip dengan permainan catur sebenarnya, namun dengan aspek yang lebih luas dan lebih nyata.

hearts-of-iron-iv-logo
Logo Hearts of Iron IV

Hearts of Iron IV pada dasarnya mempunyai gameplay yang mirip dengan pendahulunya. Pemain diharuskan untuk memilih salah satu negara yang berkancah dalam Perang Dunia 2. Setelah itu pemain diharuskan untuk membangun militer, diplomasi, perdagangan, riset, dan peperangan. Entah itu sesuai dengan jalannya sejarah, atau membuat sesuatu yang jauh dari skenario masa lalu.

Hal pertama yang begitu membedakan antara Hearts of Iron IV dengan pendahulunya adalah masalah production. Jika pada generasi sebelumnya, produksi militer didasarkan pada IC (Industrial Capacity). Maka pada HOI IV, produksi militer dibagi menjadi dua, military factory dan dockyard. Saya sendiri pernah membayangkan jika paradox membuat pembagian antara industri militer biasa dengan perkapalan, karena memang kedua industri itu jauh latar belakangnya. Dan ternyata dalam Hearts of Iron IV, paradox benar-benar melakukannya, awesome!

Continue reading →

Review (Buku) : Mohammad Hatta – Hati Nurani Bangsa

Buku Mohammad Hatta – Hati Nurani Rakyat pertama kali diterbitkan pada April 2012. Buku yang dikarang oleh wartawan senior Dr Deliar Noer ini muncul sekaligus sebagai peringatan terhadap sertatus tahun Bung Hatta. Buku ini berisi biografis singkat tentang kehidupan Bung Hatta disertai dengan pola perkembangan pemikirannya dari masa paling kecil, dewasa dan setelah tugasnya sebagai negarawan ia akhiri.

Hatta Buku

Buku ini diawali dengan kisah masa kecil Bung Hatta (1902-1917) di daerah Bukittinggi dan Padang. Bagaimana ia di didik oleh sebuah keluarga ulama modern yang tidak hanya mengedepankan pendidikan agama namun juga memperhatikan pendidikan sekolah pada umumnya. Antara lain dengan memasukan Bung Hatta kecil di dalam ELS (Europesche Lagere School) sebuah sekolah dasar untuk orang kulit putih . Selain itu, untuk memperkuat agamanya, Bung Hatta kecil juga biasa dididik mengaji dan membiasakan kehidupan beragame Islam di surau Nyik Djambek dan di Padang antara lain oleh arahan Haji Abdullah Ahmad. Disiplin hidup yang kental dengan keagamaan (ibadah, akhlak dan moral) inilah yang kelak akan sangat berpengaruh kuat terhadapa diri Mohammad Hatta, termasuk ketika ia sudah remaja dan Belajar di Belanda yang menganut pergaulan bebas.

Mohammad Hatta kemudian melanjutkan pendidikannya di Jakarta pada tahun 1917-1922. Di sini ia mulai mulai memperlihatkan ketertarikannya dengan pergerakan nasional yang sebenarnya sudah ia bangun semenjak ia berada di Padang. Ketika bersekolah di MULO Padang, Mohammad Hatta telah bergabung dengan JSB (Jong Sumatera Bond).

Pemikiran Mohammad Hatta tentang pergerakan nasional mulai matang pada masa ia menempuh sekolahnya di Belanda (1921-1932). Ia melanjutkan sekolah di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Dagang, kemudian Economische Hogeshool, SekolahTinggi Ekonomi) di Rotterdam. Kegiatannya di sana tidak hanya sebagai mahasiswa, Mohammad Hatta juga aktif sebagai anggota dalan Indische Vereneging (Perkumpulan Hindia). Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang kemudian juga seringkali disebut dengan singkatan PI. Organisasi inilah yang mempertemukan Hatta dengan tokoh-tokoh besar pergerakan nasional sebelumnya antara lain: Ahmad Subardjo, Sutomo, Hermen Kartowisastro, Iwa Koesoema Soemantri, Nazir Datuk Pamuntjak dan Sukiman Wirjosandjojo. Pada tahun 1926, pimpinan PI bahkan jatuh ke tangan Mohammad Hatta. PI di bawah pimpinan Mohammad Hatta memperlihatkan banyak perubahan. Partai ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional daripada hanya bergerak untuk organisasi sosial seperti sebelumnya.

Continue reading →