Apakah Science Membuat Anda Atheis?

Atheis me sekarang meningkat pesat di negara-negara barat. Orang yang menyatakan Not religious atau not spiritual di Amerika sekarang mencapai angka 15%. Di Inggris angka tersebut mencapai lebih dari 39% dan mungkin akan terus meningkat. Sains diasosiasikan dengan fenomena ini. Adanya teori Evolusi, Big Bang, atau realisme lain dianggap mampu menggeser kepercayaan agama yang dicap sebagai penuh dogma. Agama dianggap sebagai sebuah pemikiran yang ketinggalan zaman, kuno, atau memang seperti itukah kenyataannya?

Religion vs Atheist

Di dalam sejarah, banyak sekali orang yang dicekal karena dianggap melecehkan institusi agama. Nama-nama terkenal seperti Copernicus dan Galileo adalah contohnya. Mereka di exkomunikasikan oleh institusi agama masing-masing, dikucilkan, dan bahkan dianggap sebagai seorang yang murtad. Di berbagai institusi agama lain, kejadian serupa kurang lebih juga pernah terjadi.

Copernicus dan Galileo dijadikan sebagai simbol oleh pendukung mereka. Menjadikan mereka sebagai martir dalam sebuah perang suci melawan institusi agama. Mengganggap bahwa institusi agama adalah sebuah kesalahan, dan pemikirian realisme adalah kunci untuk mendapatkan pencerahan. Bukan melalui jalan mempelajari agama. Dan jurang pemisah antara agama dan sains tidak pernah mengecil setelahnya. Hingga saat ini, scientist lebih memilih untuk menjauhkan diri mereka dari institusi agama dan mengatakan bahwa, “kami belum menemukan kebutuhan alam semesta ini untuk Tuhan.”

Continue reading →

Evolusi dan Atheisme

Beberapa orang mengganggap jika kepercayaan terhadap evolusi berarti bahwa ia tidak mempercayai konsep penciptaan di dalam agama. Karena di semua kitab suci agama tidak ada konsep yang mengarah kepada proses evolusi. Dimana kehidupan dapat baerkembang sedemikian rupa tanpa perlu bantuan dari sang pencipta. Tuhan menciptakan semuanya secara sempurna, dan makhluk hidup tercipta sedemikian adanya dari awalnya. Manusia pertama adalah Adam, dan hawa adalah pendampingnya.

evolution

Kepercayaan terhadap agama dan konsep evolusi seperti air dan minyak. Tidak bisa dicampur dan disatukan dalam bentuk apapun. Tapi terkadang kita lupa bahwa air dan minyak juga mempunyai proton maupun elektron yang terbentuk di dalam atom. Atom-atom seluruh unsur di alam semesta ini akan bercampur aduk meskipun jarak memisahkan. Kita saja sebagai manusia, atom yang ada di dalam tubuh kita lima tahun yang lalu, bisa dibilang akan berganti seluruhnya dengan yang baru sekarang. Sehingga kita tidak akan pernah tahu, darimana atom-atom kita berasal. Bisa jadi, atom kita pernah bersemayam di Beethoven atau Napoleon, atau Adam itu sendiri. Atau bisa juga atom kita adalah atom-atom dari bintang-bintang di Galaksi Andromeda.

Pernyataan diatas aneh bukan? Pasti sebagian besar orang mengganggap bahwa paragraf diatas adalah lelucon. Namun, seperti itulah faktanya. Setidaknya, seperti itulah fakta yang kita ketahui sejauh ini. Manusia tidak ada yang bisa menjelaskan sebuah kebenaran dari fenomena, bahkan fenomena paling simpel yang ada di sekitar kita. Kita bahkan hanya bisa memperkirakan bahwa gravitasi itu adalah efek yang dihasilkan dari masa bumi yang membengkokan ruang disekitarnya. Seperti bola bowling yang berada di sebuah lembaran karet elastis. Kita tidak tahu kebenaran apa yang ada dibaliknya, kita hanya bisa memperkirakan.

Perkiraan itu seperti halnya teori evolusi. Disana disebutkan bahwa manusia berasal dari kera. Koreksi, manusia berasal dari sejenis primata jutaan tahun lalu. Kera dan manusia berasal dari primata tersebut. Dan mengapa kesimpulan itu berhasil didapat? Karena percobaan dengan cara pendekatan. Kesimpulan adalah buah dari hipotesis, yang paling mendekati dengan fakta. Barangkali di masa depan, kita akan mendapatkan fakta bahwa manusia bukan berasal dari primata, namun lebih dekat ke badak?! #Bercanda.

Continue reading →

From Big Bang to Us

Dahulu saya melihat teori evolusi dengan perasaan tidak enak. Saya selalu mengganggapnya sebagai buah pemikiran para atheis yang menentang Tuhan. Atau juga sebuah legitimasi science untuk menyatakan perang dengan gereja eropa. Konflik antara dogma agama dan pemikiran baru yang mereka sebut sebagai abad pencerahan. Namun, setelah saya pikir-pikir ada sesuatu hal yang menarik. Kita melihat bahwa alam semesta ini tidaklah konstan, ia terus bergerak dan akan terus bergerak. Alam semesta akan terus berubah dan terus berubah.

Big Bang - Perkembangan Alam Semesta Selama 13.7 Milyar Tahun

Perkembangan Alam Semesta Selama 13.7 Milyar Tahun

Saya seorang yang beragama dan saya percaya dengan keberadaan Tuhan. Meskipun begitu, saya yakin bahwa teori evCosmic olusi mewarnai keberadaan kita. Malah, teori itu bisa menjelaskan bagaimana kita bisa ada di dunia ini. Teori evolusi kita tidak berawal dari kera, bukan juga berawal dari hewan bersel satu, namun berawal dari big bang, atau justru jauh sebelumnya.

Apa perbedaan makhluk hidup dengan benda mati? Apakah perbedaan itu hanya sebatas nyawa? Lalu di mana letak nyawa dari bakteri, virus, hewan bersel satu? Apakah mereka juga mempunyai jiwa seperti kita, mamalia, reptil? Pertanyaan-pertanyaan itu kadang terus dan terus berputar di kepala. Pertanyaan yang kadang hanya menimbulkan pertanyaan lain yang lebih besar daripada sebuah jawaban yang pasti.

Kita sebagai manusia mempunyai keterbatasan terhadap alam pikiran, indra, dan pengalaman. Dunia kita terbatas, pun kemampuan kita untuk mengobservasi segalanya sangat dibatasi. Waktu dan ruang sebenarnya lebih sebagai penjara daripada ruang hidup kita. Kita hanyalah makhluk 3 dimensi yang terjebak eksponensial waktu yang berjalan satu arah. Tidak dapat mundur, ke samping, maupun berhenti. Waktu bagi kita terus maju, menggilas, dan kemudian meninggalkan waktu-waktu yang telah lampau.

Continue reading →

Evolusi Dalam Sudut Pandang Kosmos

Jika ditanya tentang evolusi, hampir semua orang akan menjawab bahwa bahwa evolusi adalah sebuah perubahan dari kera menjadi manusia, atau binatang-binatang purba yang berubah sedikit-demi sedikit menjadi yang kita temui sekarang ini. Barangkali jika yang dimaksud dengan evolusi biologi, jawaban di atas benar adanya. Namun perkembangan manusia tidak hanya terbatas pada perkembangan biologis saja. Manusia, hewan, tumbuhan, bakteri, dan bahkan virus terikat satu-sama lain dalam sebuah mata rantai perkembangan yang panjang dengan tanah, udara, karbon, dan seluruh unsur yang membentuk alam semesta. Apakah ini sebuah pernyataan menentang penciptaan dalam agama? Saya rasa tidak juga, tergantung dari sudut pandang kita dalam memahami permasalahan ini. Akan saya coba utarakan kemungkinan-kemungkinan dan interpretasi yang ada.

Anindita Saktiaji - Galaxy

Evolusi sebenarnya sama sekali bukan proses yang unik. Inti dari evolusi adalah perubahan dan perubahan terus-menerus terjadi di depan mata kita. Dalam beberapa masa, manusia telah merubah beberapa hewan yang tadinya adalah perana liar di padang-padang rumput luas menjadi tunggangan, alat berburu dan berperang. Kepunahan dan kemunculan spesies barupun ada di dalam masa penjejakan kaki kita di planet kecil ini. Lalu, apakah kita harus meniadakan proses evolusi tersebut? Fakta bahwa segala hal, termasuk hewan-hewan yang ada di sekitar kita merupakan fakta evolusi yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Dan apakah evolusi itu bertentangan dengan kepercayaan? Saya rasa tidak.

Seberapa lama manusia telah berevolusi hingga pada bentuk seperti sekarang. Jawaban yang mungkin diberikan dapat beraneka ragam. Ada yang menyebutkan 1.5 – 2 juta tahun, ada yang mengatakan lebih panjang atau lebih pendek dari itu, namun sekarang ilmuwan lebih suka menyebut bahwa evolusi kita seumur dengan alam semesta. Mengapa demikian? Bukankah kita berevolusi dari mamalia pertama beberapa juta tahun yang lalu? Tidak, tidak seperti itu. Masa jutaan tahun itu hanyalah sebuah potret singkat, gambaran kecil dari proses besar yang panjang.

Continue reading →