Tujuan Perang Pasifik Jepang

Perang Pasifik (1941-1945) yang dilancarkan oleh Jepang adalah salah satu babakan Perang Dunia ke 2 yang paling menarik. Perang itu menunjukan sebuah pertempuran demi pertempuran lauy yang barangkali terbesar sepanjang sejarah manusia. Unsur perang maritim peperangan ini begitu terasa. Di sinilah taktik perang darat-laut modern dikembangkan. Di sini pulalah, sebuah alat pertempuran yang beberapa tahun sebelumnya diterima secara pesimistis akhirnya membuktikan kekuatannya. Alat itu adalah kapal induk. Sebuah kapal yang tidak hanya mengangkut pesawat ke dalam sebuah pertempuran laut, namun juga menjadi sebuah sentral pertempuran di kemudian hari.

Peta Kekaisaran Jepang 1942-1945 (Sumber : lib.berkeley.edu)

(Peta Kekaisaran Jepang 1942-1945 Sumber)

Dalam benak setiap manusia, barangkali telah terpatri bahwa Jepang yang menyulut perang pertama kali di Pasifik mempunyai rencana menguasai seluruh Asia Tenggara, Oseania, Australia dan bahkan pantai barat Amerika Serikat. Namun, apakah benar pertempuran yang menewaskan jutaan manusia ini mempunyai tujuan yang begitu besar dan gemilang?

Jepang adalah negara satu-satunya di Asia yang berkembang secara cepat baik di bidang teknologi, produksi maupun militer. Dengan Restorasi Meiji (1866-1869), negara ortodox itu dapat membuka diri menerima pengaruh dari luar yang berujung pada keselamatan negaranya. Seperti halnya China, Negara Matahari Terbit yang mempunyai penduduk jutaan manusia di kala itu dianggap mempunyai potensi pasar yang baik untuk negara-negara barat. Belanda, Portugis, dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk menanamkan pengaruhnya di negara kepulauan itu. Jika ini terus berlanjut, maka nasibnya akan sama saja dengan India, Asia Tenggara dan China. Menjadi koloni bagi bangsa-bangsa asing.

Doktrin Jepang di kala itu hanya satu, menjajah atau dijajah. Maka perluasan wilayahpun terjadi. Pada tahun 1905 Japan menganeksasi Korea menyusul Manchuria pada tahun 1931. Bersamaan dengan itu industrialisasi Jepang berkembang, sistem feodalisme lama atau yang disebut dengan Shogun dilenyapkan. Angkatan perang negara dibentuk dan angkatan laut dikembangkan dengan teknologi terbaru. Salah satu bukti keberhasilan pembangunan angkatan perang ini adalah kemenangan Jepang atas Russia pada tahun 1905. Kemenangan Jepang atas Rusia ini menghancurkan dominasi kekuatan Rusia di Timur Jauh.

Salah Satu Illustrasi Perang Jepang Rusia (1905)

Salah Satu Illustrasi Perang Jepang Rusia (1905)

Pada 1937, Jepang meluncurkan invasi besar-besaran ke China. Negara yang sedang terpecah belah itu harus rela menyerahkan hampir seluruh pesisir pantainya kepada asing dalam waktu yang begitu singkat. Beijing dan seluruh bagian utara China pun runtuh dalam bulan-bulan awal peperangan. Pertempuran ini disebut dengan Shino-Japanese War yang berlangsung hingga tahun 1945. Akan tetapi pertempuran yang awalnya menjanjikan ini tidak berjalan mulus bagi Jepang. Nasionalis dan Komunis China justru bersatu untuk memerangi Jepang. Mereka mengesampingkan perbedaan mereka untuk sementara waktu. Hasilnya, Shino-Japanese War menjadi sebuah kampanye peperangan yang panjang, melelahkan dan menguras sumber daya alam.

Jepang tidak mampu memenuhi kebutuhan sumber daya alam mereka sendiri. Baja misalkan, sebagian diimpor dari Amerika Serikat dan minyak diimpor dari koloni-koloni eropa di Asia Tenggara. Liga Bangsa-Bangsa mengganggap penyerangan Jepang ke China adalah sebuah kejahatan, oleh karena itu Jepang terus-menerus mendapatkan sangsi antara lain dengan pembatasan-pembatasan tertentu pada perdangan bahan mentah. Jepang tidak mempunyai pilihan lain kecuali merebut sumber-sumber bahan mentah di sekitarnya.

Beruntung bagi Jepang, Korea dan Manchuria mempunyai cukup bahan tambang seperti batu bara dan besi. Namun untuk minyak, ia terpaksa harus mencarinya ke tempat lain. Sintesisasi batu bara ke minyak belumlah begitu berkembang di masa itu. Ketika Perang Eropa pecah di tahun 1939, Jepang melihat sebuah peluang untuk ikut ambil bagian dalam konflik itu. Tujuaannya hanya satu, kuasai tempat-tempat yang kaya akan hasil bumi.

Butuh waktu lama bagi Jepang untuk mempersiapkan invasinya ke Asia. Ia harus mempertimbangkan kemungkinan Amerika Serikat, satu-satunya negara yang mempunyai kekuatan maritim yang kuat di Pasifik menjadi penghalang rencananya. Oleh karena itu Jepang menginginkan sebuah serangan yang mampu untuk menghancurkan seluruh armada Amerika Serikat dalam sekali pukul. Rencana ini persis sama dengan serangan Jepang terhadap Armada Rusia di tahun 1905.

Di manakah Jepang akan menyerang? Barangkali sekarang orang dapat menebak dengan pasti, Perl Harbour. Pelabuhan militer di Hawaii ini adalah pusat dari Armada Amerika Serikat di Pasifik. Di sana bersarang 3 kapal induk, dan untuk meladeni ini, Jepang menggerahkan 6 kapal induk terbaiknya. Serangan dilaksanakan pada pagi hari, minggu, 7 Desember 1941. Namun malang sekali bagi Jepang, 3 kapal induk yang seharusnya berada di Pearl Harbor sedang tidak berada di sarangnya. Mereka sedang melakukan patroli rutin di sekitar pasifik. 19 kapal perang Amerika rusak atau tenggelam dan untuk sementara waktu, armada pasifik Amerika lumpuh. Namun sekali lagi ini hanya sementara waktu.

Tenggelamnya USS West Virginia (Sumber : http://www.voodoo-world.cz)

(Tenggelamnya USS West Virginia Sumber)

Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa Amerika dengan sengaja membiarkan Jepang menyerang pangkalan Armada di Hawaii ini. Tidak ada bukti yang jelas. Namun ada fakta-fakta sampingan memang mengarah pada hal ini. Amerika waktu itu tengah menghadapi krisis berkepanjangan dan satu-satunya cara untuk memulihkan kondisinya adalah ikut dalam peperangan?

Bagaimana bisa sebuah peperangan justru memulihkan ekonomi suatu negara?

Amerika Serikat adalah negara yang mempunyai sumber daya alam melimpah. Produksi batu-bara, minyak bumi dan baja Amerika surplus, namun akibat krisis, produksi negara itu melempem. Tidak ada permintaan terhadap hasil-hasil utama produksi seperti mobil, pesawat, dan kapal. Jalan agar permintaan itu naik secara drastis adalah (ironinya) dengan menggunakan peperangan. Perlu diingat, setelah Amerika memutuskan untuk bergabung dengan Perang Dunia ke 2, ekonomi negara itu meningkat drastis. Dan semenjak Perang itu, Amerika tidak pernah mempunyai masa-masa damai. Ia selalu terlibat konflik baik di Korea, Vietnam, Afrika, Yugoslavia, Kuba dan sekarang Timur Tengah.

Kembali lagi ke Perang Pasifik, publik Amerika tentu saja marah besar dengan serangan Jepang ke pangkalannya. Amerika yang sampai detik itu merasa tidak perlu terlibat dalam konflik manapun memutuskan untuk berubah haluan. Negara yang tengah berada di jurang kejatuhan itupun bangkit, mengerahkan seluruh tenaganya untuk membalas dendam. Inilah yang oleh Laksamana Ishoroku Yamamoto, salah seorang perencana serangan Pearl Harbour takutkan. Ia bahkan setelah penyerangan Pearl Harbour menyebutkan “Saya takut tindakan kita ini telah membangunkan raksasa tidur!” Yamamoto sendiri adalah lulusan salah satu akademi militer di Amerika.

Bagaimana seorang yang takut dengan kekuatan Amerika, tahu betul potensi negara itu sampai berani menantang Amerika dan melawan sang raksasa tidur itu. Jawabannya adalah memang ia tidak berniat melawan raksasa itu. Lain sekali dengan anggapan Amerika yang terlalu berlebihan tentang tujuan perang Jepang. Jepang sama sekali tidak mempunyai niat untuk menyerang Amerika di tanahnya sendiri, bahkan menduduki Pearl Harbour pun tidak. Tujuan Jepang hanyalah kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara yang kaya. Ia berharap jika tujuannya telah tercapai, Jepang dapat merundingkan perjanjian damai. Sama seperti perang-perang yang ia alami sebelumnya.

Namun peperangan ini berbeda, perang kali ini adalah sebuah perang total yang tidak pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Publik Amerika yang kala itu begitu marah terhadap Jepangpun sampai berbuat terlalu jauh. Mereka menangkapi seluruh warga negara keturunan Jepang di Amerika dan menggurung mereka dalam Kamp. Hal yang kurang lebih sama dengan yang dilakukan Hitler terhadap Yahudi. Setelah Jepang menguasai Pasifik dan Asia Tenggara, dalam sebuah pertempuran Blitzkrieg laut, tak ada satupun negara yang berniat untuk melakukan negosiasi damai. Amerika bahkan memberikan statement “unconditional surrender” bagi Jerman dan Jepang. Hal itu berarti bahwa mau tidak mau, Jepang harus bertempur sampai titik darah penghabisan.

Kekuatan Jepang agaknya tidak cukup untuk menangani dua front sekaligus. Di China, kekuatan gabungan komunis dan nasionalis semakin kuat. Anggota-anggota baru direkrut sementara itu peralatan perang terus datang mengalir dari Inggris di India dan Uni Soviet di utara. Jepang sendiri setelah berperang bertahun-tahun akhirnya kehabisan sumberdayanya. Anggota tentara yang baru direkrut semakin lama semakin muda dan semakin sedikit pelatihannya. Kebijakan perang seperti harakiri dan kamikaze ternyata berakibat buruk. Terutama kamikaze, dimana Jepang harus kekurangan tenaga pilot di akhir perang. Pilot tidak seperti tentara angkatan darat yang dapat dengan singkat dilatih dan direkrut. Pada akhir perang bahkan masih terdapat 10.000 pesawat berbagai jenis di tanah Jepang, mengganggur dan terbengkalai.

4 Comments

  1. Baru baca artikel ini karena besok PAS Sejarah, trus akhirnya jadi suka baca artikel?. Dan lagi pertanyaanku terjawab juga… terima kasih arigatou

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.