Penyebaran Virus Zika di tahun 2015 hingga awal 2016 benar-benar mengguncang dunia. Setelah kasus Ebola berakhir, ternyata masih banyak virus yang dapat dengan mudah menjadi parasit di tubuh manusia. Virus yang pertama kali mewabah di Uganda ini kini menjadi momok menakutkan di Amerika Selatan. Di Brazil sendiri 1,5 juta orang terindikasi terserang Zika. Dan total terdapat lebih dari 1,6 juta orang yang terindikasi terkena wabah tersebut di seluruh dunia.
Sekarang, Zika mulai menyebar ke seluruh tropical belt. Dan daerah-daerah sub khatulistiwapun ikut terancam karena nyamuk aedes aegypti mampu bertahan hidup di sana. Nyamuk yang memang sekian lama sudah terkenal membawa berbagai macam penyakit itu kini semakin diburu, ia menjadi public enemy di berbagai negara di dunia. Di Indonesia sendiri, nyamuk aedes aegypti dikenal sebagai pembawa demam berdarah. Sebuah wabah yang cukup mematikan dan hampir pasti memakan korban setiap tahunnya.
Ilmuwan mengatakan kalau vaksin Zika baru dapat diproduksi 1-2 tahun mendatang. Sebuah waktu yang relatif cukup lama sebelum virus itu dapat menyebar ke seluruh dunia. Cara penyebaran virus ini terbilang unik, selain menggunakan perantara nyamuk, penyebaran virus dapat melalui hubungan badan, darah, dan bahkan air kencing sekalipun. Memang pada orang dewasa, Zika tidak mempunyai akibat yang mengkhawatirkan. Laporan kematian disebabkan oleh virus ini pada orang dewasa cukup rendah. Namun lain ceritanya bagi ibu yang sedang menggandung bayinya.
Bayi yang terlahir dari ibu yang mempunyai virus Zika mengalami Microcephaly. Microcephaly adalah pengecilan ukuran kepala yang menyebabkan otak bayi tidak dapat berkembang secara sempurna. Kelainan tersebut juga mempunyai akibat lain seperti keterlambatan perkebangan sistem motorik dan bicara. Ada kecenderungan juga bayi yang menderita microcephaly mempunyai tingkat kerentanan terhadap disability dan beberapa kecenderungan untuk Hyperactivity.
Memang studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan mengapa ibu yang terserang Zika cenderung mempunyai bayi yang rentan terhadap Microcephaly. Bahkan ada pendapat yang baru saja dikeluarkan (tanggal 16 Februari 2016) bahwa Microcephaly lebih disebabkan karena kontaminasi pestisida. Namun pendapat itu tidak terlalu mendapatkan sokongan dari sebagian besar peneliti. Report lengkapnya tentang pendapat ini dapat anda lihat di artikel sciencealert berikut.
Di tahun 2015, Ebola dikhawatirkan akan mewabah, sama seperti apa yang terjadi sekarang ini. Dan di tahun-tahun sebelumnya, beberapa virus flu seperti flu babi dan flu burung hampir saja membuat dunia kalang kabut (atau mungkin sudah sempat). Flu Spanyol di akhir Perang Dunia Pertama justru menewaskan lebih banyak manusia daripada perang itu sendiri. Pada waktu colonisasi Amerika, jutaan penduduk asli dunia baru tewas karena wabah cacar. Dan pada waktu abad pertengahan, sepertiga penduduk Eropa tewas karena wabah misterius yang kemudian kita kenal sebagai ‘The Black Death’.
Beberapa contoh diatas memberikan kita gambaran bahwa peradaban manusia dari masa ke masa sangatlah rentan terhadap serangan wabah. Jika ada satu jenis wabah yang berupa virus atau penyakit yang cukup kuat dan mematikan. Maka itu cukup untuk membuat jutaan manusia terpengaruh, seperti halnya kasus Zika sekarang ini. Kita patut bersyukur jika wabah yang dibawah oleh nyamuk aedes aegypti itu sampai saat ini masih cukup teratasi. Dan kita berharap jika virus tersebut terus dapat diatasi sampai vaksin yang benar-benar ampuh mampu menghentikannya.
Mobilitas manusia di era modern sekarang ini juga menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penyebaran wabah mematikan. Satu orang bisa berpergian dari benua satu ke benua lain bukan lagi dalam hitungan minggu maupun hari, namun dalam hitungan jam. Dan kecepatan perpindahan orang ini, membuat wabah bisa saja menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan sangat cepat. Jauh lebih cepat daripada usaha kita untuk mampu menanggulanginya.
Memang ilmu pengetahuan yang kita miliki sekarang ini membuat kita mampu untuk membuat sebagian besar vaksin untuk wabah. Namun Zika dan beberapa virus lainnya seperti HIV sampai saat ini belum ada penangkalnya. Butuh waktu beberapa tahun lagi untuk memperoleh vaksin yang tepat. Itupun bukan jaminan pasti, dan tidak menutup kemungkinan jika akan ada lagi wabah-wabah yang lain di masa mendatang. Kita mungkin tidak mampu berbuat apa-apa untuk menanggulangi agar wabah-wabah lain tidak muncul. Namun kita mempunyai kemampuan untuk mencegah agar wabah-wabah tersebut tidaklah menyebar.